MASIGNASUKAv102
1212694102616477524

3. Surat Ali-Imran

 Ayat 1-3

الۤمّۤ اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُۗ نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَاَنْزَلَ التَّوْرٰىةَ وَالْاِنْجِيْلَۙ

1.  Alif Lām Mīm.

2.  Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahahidup lagi Maha Mengurus (makhluk-Nya) secara terus-menerus.

3.  Dia menurunkan kepadamu (Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur’an) dengan hak, membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya, serta telah menurunkan Taurat dan Injil

Asbabun Nuzul

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dan ar-Rabi’ bahwa pada suatu hari orangorang Nasrani mendatangi Rasulullah, lalu mereka mendebat beliau dalam masalah Nabi Isa as.. Maka Allah rnenurunkan firman-Nya, “Alif laam miim. Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) yang mengandung kebenaran, membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya, dan menurunkan Taurat dan Injil.” (Ali Imran: 1-3) Hingga ayat kedelapan puluhan.

diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam kitab Dalaailun Nubuwwah. Ibnu Ishaq berkata, “Muhammad bin Sahl bin Abi Umamah berkata, ‘Ketika orang-orang Najran mendatangi Rasulullah, mereka menanyakan tentang Isa Ibnu Maryam. Maka turun pada mereka pembukaan surah Ali Imran hingga awal ayat kedelapan puluh’


Ayat 12

قُلْ لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَتُغْلَبُوْنَ وَتُحْشَرُوْنَ اِلٰى جَهَنَّمَ ۗ وَبِئْسَ الْمِهَادُ

12.  Katakanlah (Nabi Muhammad) kepada orang-orang yang kufur, “Kamu (pasti) akan dikalahkan dan digiring ke dalam (neraka) Jahanam. Itulah seburuk-buruk tempat tinggal.”

Asbabun Nuzul

Abu Dawud dalam sunannya dan al-Baihaqi dalam Dalaailun Nubuwwah meriwayatkan dari Ibnu Ishaq dari Muhammad bin Abu Muhammad dari Sa’id atau Ikrimah dari Ibnu Abbas bahwa setelah mengalahkan orang-orang Quraisy pada Perang Badar, Rasulullah kembali ke Madinah lalu mengumpulkan orang-orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa’ Lalu beliau bersabda, “Wahai orang-orang Yahudi, masuk Islamlah kalian sebelum Allah menimpakan kepada kalian apa yang menimpa orang-orang Quraisy.” Lalu orang-orang Yahudi itu menyahut, “Wahai Muhammad, jangan engkau merasa sombong karena telah membunuh beberapa orang Quraisy yang tidak berpengalaman dalam beperang. Demi Allah, jika engkau berperang melawan kami, niscaya engkau akan tahu bahwa kami adalah orang-orang yang ahli perang dan engkau tidak pemah bertemu dengan orang-orang seperti kami.” Maka Allah menurunkan ayat ini dan ayat berikutnya

Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Ikrimah, dia berkata, “Pada Perang Badar, Fankhash, seorang Yahudi, berkata, ‘Jangan sampai Muhammad merasa sombong karena telah membunuh dan mengalahkan orang-orang Quraisy. Karena orang-orang Quraisy itu tidak bisa berperang.’ Maka turunlah ayat 12 surah Ali Imran.”


Ayat 23

اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ اُوْتُوْا نَصِيْبًا مِّنَ الْكِتٰبِ يُدْعَوْنَ اِلٰى كِتٰبِ اللّٰهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ يَتَوَلّٰى فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ وَهُمْ مُّعْرِضُوْنَ

23.  Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memerhatikan orang-orang (Yahudi) yang telah diberi bagian (pengetahuan) kitab (Taurat)? Mereka diajak (berpegang) pada kitab Allah untuk memutuskan (perkara) di antara mereka, kemudian segolongan dari mereka berpaling dan menolak (kebenaran).

Asbabun Nuzul

Ibnu Abi Hatim dan Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Pada suatu hari Rasulullah masuk ke rumah Midras yang di dalamnya terdapat orang-orang Yahudi. Lalu beliau mengajak mereka kepada Allah. Lalu Nu’aim bin Amr dan al-Harits bin Zaid berkata,”Engkau sendiri beragama apa wahai Muhammad?’ Beliau menjawab, ‘Agama Ibrahim.’ Mereka berkata, “Sesungguhnya Ibrahim beragama Yahudi.’ Maka Rasulullah bersabda kepada mereka, “Mari kita membaca Taurat karena ia ada bersama kita saat ini.’ Namun mereka tidak mau melakukannya. Maka Allah menurunkan ayat ini dan ayat berikutnya.


Ayat 26

قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

26.  Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. 

Asbabun Nuzul

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Qatadah, dia berkata, “Kami diberi tahu bahwa Rasulullah meminta kepada Allah untuk menjadikan Raja Romawi dan Persia sebagai umat beliau. Maka Allah menurunkan ayat ini.


Ayat 28

لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُوْنَ الْكٰفِرِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللّٰهِ فِيْ شَيْءٍ اِلَّآ اَنْ تَتَّقُوْا مِنْهُمْ تُقٰىةً ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ اللّٰهُ نَفْسَهٗ ۗ وَاِلَى اللّٰهِ الْمَصِيْرُ

28.  Janganlah orang-orang mukmin menjadikan orang kafir sebagai para wali88) dengan mengesampingkan orang-orang mukmin. Siapa yang melakukan itu, hal itu sama sekali bukan dari (ajaran) Allah, kecuali untuk menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka. Allah memperingatkan kamu tentang diri-Nya (siksa-Nya). Hanya kepada Allah tempat kembali.

88) Kata auliyā’ adalah bentuk jamak dari kata waliy. Secara harfiah kata ini berarti ‘dekat’ sehingga menunjukkan makna ‘teman dekat’, ‘teman akrab’, ‘teman setia’, ‘kekasih’, ‘penolong’, ‘sekutu’, ‘pelindung’, ‘pembela’, dan ‘pemimpin’. Kata waliy dan auliya’ dalam Al-Qur’an diulang 41 kali. Maknanya berbeda-beda sesuai dengan konteks ayat.

Asbabun Nuzul

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Sa’id atau lkrimah dari Ibnu Abbas, dia berkata, “al-Hajjaj bin Amr- sekutu Ka’ab ibnul Asyraf-, lbnu Abil Haqiq dan Qais bin Zaid tinggal berbaur dengan beberapa orang Anshar untuk mengganggu keislaman mereka dan menjadi murtad kembali. Maka Rifa’ah ibnul-Mundzir, Abdullah ibnuz-Zubair dan Sa’id bin Hatsmah berkata kepada orang-orang itu, ‘Jauhilah orang-orang Yahudi itu dan jangan tinggal bersama mereka agar mereka tidak membuat kalian keluar dari agama kalian.’ Maka Allah menurunkan ayat ini.


Ayat 31

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

31.  Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Asbabun Nuzul

Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Hasan al-Bashri, dia berkata, “Beberapa kaum pada masa Nabi kita berkata, ‘Wahai Muhammad, demi Allah kami sungguh mencintai Allah.’ Maka Allah menurunkan ayat ini.

 

Ayat 58-62

ذٰلِكَ نَتْلُوْهُ عَلَيْكَ مِنَ الْاٰيٰتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ اِنَّ مَثَلَ عِيْسٰى عِنْدَ اللّٰهِ كَمَثَلِ اٰدَمَ ۗ خَلَقَهٗ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ اَلْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَلَا تَكُنْ مِّنَ الْمُمْتَرِيْنَ فَمَنْ حَاۤجَّكَ فِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ اَبْنَاۤءَنَا وَاَبْنَاۤءَكُمْ وَنِسَاۤءَنَا وَنِسَاۤءَكُمْ وَاَنْفُسَنَا وَاَنْفُسَكُمْۗ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَّعْنَتَ اللّٰهِ عَلَى الْكٰذِبِيْنَ اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ ۚ وَمَا مِنْ اِلٰهٍ اِلَّا اللّٰهُ ۗوَاِنَّ اللّٰهَ لَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

58.  Itulah (kisah Isa) yang Kami bacakan kepadamu (Nabi Muhammad) sebagian bukti-bukti (kebenaranmu sebagai rasul) dan peringatan yang penuh hikmah (Al-Qur’an).

59.  Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah kemudian berfirman kepadanya, “Jadilah!” Maka, jadilah sesuatu itu.

60.  Kebenaran itu dari Tuhanmu. Oleh karena itu, janganlah engkau (Nabi Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu.

61.  Siapa yang membantahmu dalam hal ini setelah datang ilmu kepadamu, maka katakanlah (Nabi Muhammad), “Marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu, kemudian marilah kita bermubahalah94) agar laknat Allah ditimpakan kepada para pendusta.”

94) Mubahalah berarti setiap pihak yang berselisih berdoa dengan sungguh-sungguh agar Allah menjatuhkan laknat kepada pihak yang berdusta. Nabi Muhammad saw. mengajak utusan Nasrani Najran bermubahalah, tetapi mereka tidak berani. Hal ini menjadi bukti kebenaran akidah Islam tentang Isa a.s.

62.  Sesungguhnya ini benar-benar kisah yang hak. Tidak ada tuhan selain Allah, dan sesungguhnya Allahlah yang benar-benar Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Asbabun Nuzul 

lbnu Abi Hatim meriwayatkan dari Hasan, dia berkata, “Pada suatu hari Rasulullah didatangi dua orang pendeta dari Najran. Lalu salah satu dari keduanya bertanya kepada beliau, ‘Siapakah isa?’ Rasulullah tidak menjawab langsung pertanyaan itu untuk menunggu perintah Allah. Lalu turunlah firman Allah, ‘Demikianlah Kami bacakan kepadamu (Muhammad) sebagian ayat-ayat dan peringatan yang penuh hikmah. Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) ‘isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, ‘Jadilah!’Maka jadilah sesuatu itu.” (Ali Imran: 58-59)

Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan dari al-Aufi dari Ibnu Abbas, dia berkata,”Beberapa orang Najran yang di antara mereka terdapat orang-orang terhormat dan orang-orang bawahan mendatangi Rasulullah. Lalu mereka berkata, ‘Apa urusanmu menyebut-nyebut Shahib kami.’ Beliau balik bertanya, ‘Siapa dia?’ Mereka menjawab, ‘isa. Bukankah engkau katakan dia adalah hamba Allah.’ Rasulullah menjawab, ‘Ya.’ Lalu mereka berkata, ‘Apakah engkau pernah melihat orang seperti isa atau engkau diberi tahu tentang-Nya?’ Kemudian mereka pergi meninggalkan beliau. Lalu Rasulullah didatangi Jibril dan berkata,”Jika mereka datang lagi kepadamu, katakan kepada mereka,”Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) ‘isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam… agar Iaknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (Ali Imran: 59-61)

Al-Baihaqi juga meriwayatkan dalam Dalaailun Nubuwwah dari Salamah bin Abdi Yasyu’ dari ayahnya dari kakeknya bahwa sebelum turun firman Allah, “Thaasiin Sulaimaan,” Rasulullah menulis surat untuk orang-orang Kristen Najran, “Dengan nama Tuhan Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub, dan Muhammad, seorang Nabi. . ., dan seterusnya. Di antara isi hadits tersebut adalah mereka mengutus Syarahbil bin Wada’ah al-Hamadani, Abdullah bin Syarahbil al-Ashbahi dan Jabbar al-Haritsi. Lalu ketiga orang itu mendatangi Nabi saw.. Kemudian Rasulullah berdiskusi dengan mereka. Ketiga orang itu bertanya kepada Rasulullah, “Apa yang kau katakan tentang Isa?” Beliau menjawab, “Saya tidak mempunyai jawaban untuk itu hari ini. Tinggallah kalian di sini hingga saya memberi tahu kalian tentang jawabannya.” Keesokan harinya, Allah telah menurunkan kepada beliau firman-Nya, “Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) ‘isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam… agar Iaknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (Ali lmran: 59-61)

Ibnu Sa’ad meriwayatkan dalam kitab ath-Thabaqat dari al-Azraq bin Qais, dia berkata, “Pada suatu hari Uskup Najran dan bawahannya mendatangi Nabi saw..Lalu Nabi saw. mengajak mereka masuk Islam. Maka keduanya menjawab ‘Kami adalah orang-orang muslim sebelum kamu.’ Rasulullah bersabda, ‘Kalian bohong. Sesungguhnya ada tiga hal yang membuat kalian tidak dalam Islam. Yaitu keyakinan kalian bahwa Allah mempunyai seorang anak, makannya kalian daging babi, dan sujud kalian terhadap patung.” Maka keduanya bertanya kepada beliau, “Kalau demikian, siapa ayah Isa?” Rasulullah tidak menjawab pertanyaan mereka hingga Allah menurunkan firman-Nya,’Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) ‘Isa bagi Allah,…’ hingga firman-

Nya, ‘dan sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana’ (Ali Imran: 59-62) Lalu beliau mengajak mereka untuk mula’anah. Namun keduanya menolak dan lebih memilih untuk membayar jizyah, lalu keduanya kembali.”

 

Ayat 65

يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لِمَ تُحَاۤجُّوْنَ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَمَآ اُنْزِلَتِ التَّوْرٰىةُ وَالْاِنْجِيْلُ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِهٖۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ

65.  Wahai Ahlulkitab, mengapa kamu berbantah-bantahan95) tentang Ibrahim? Padahal, Taurat dan Injil tidak diturunkan, kecuali setelah dia (Ibrahim). Apakah kamu tidak mengerti?

95) Orang Yahudi dan Nasrani masing-masing menganggap bahwa Nabi Ibrahim a.s. itu dari golongannya. Lalu, Allah membantah mereka dengan alasan bahwa Nabi Ibrahim a.s. itu datang sebelum mereka.

Asbabun Nuzul

Ibnu Ishaq meriwayatkan dengan sanadnya yang berulang-ulang dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Pada suatu ketika orang-orang Nasrani dari Najran dan para pendeta Yahudi berkumpul di tempat Rasulullah. Lalu mereka berdebat di sisi beliau. Para pendeta Yahudi berkata, ‘Ibrahim tidak lain adalah seorang Yahudi.’ Orang-orang Nasrani membalas, ‘Ibrahim tidak lain adalah orang Nasrani.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya, ‘Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu berbantahbantahan…” Riwayat ini diriwayatkan al-Baihaqi dalam Dalaa’ilun Nubuwwah.

 

Ayat 71 – 73

يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لِمَ تَلْبِسُوْنَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوْنَ الْحَقَّ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ ࣖ وَقَالَتْ طَّاۤىِٕفَةٌ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ اٰمِنُوْا بِالَّذِيْٓ اُنْزِلَ عَلَى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَجْهَ النَّهَارِ وَاكْفُرُوْٓا اٰخِرَهٗ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَۚ وَلَا تُؤْمِنُوْٓا اِلَّا لِمَنْ تَبِعَ دِيْنَكُمْ ۗ قُلْ اِنَّ الْهُدٰى هُدَى اللّٰهِ ۙ اَنْ يُّؤْتٰىٓ اَحَدٌ مِّثْلَ مَآ اُوْتِيْتُمْ اَوْ يُحَاۤجُّوْكُمْ عِنْدَ رَبِّكُمْ ۗ قُلْ اِنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللّٰهِ ۚ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ۚ

71.  Wahai Ahlulkitab, mengapa kamu mencampuradukkan yang hak dengan yang batil100) dan kamu menyembunyikan kebenaran,101) padahal kamu mengetahui?

100) Mencampuradukkan antara hak dan batil maksudnya adalah mencampuradukkan antara ayat-ayat Tuhan yang disampaikan oleh para nabi dengan takwilan-takwilan batil yang dikemukakan oleh para pemuka agama mereka.-><-101) Yang dimaksud dengan menyembunyikan kebenaran adalah menutupi firman Tuhan yang dibawa oleh para nabi, yang berisi ajaran tauhid dan berita gembira tentang kedatangan Nabi Muhammad saw.

72.  Segolongan Ahlulkitab berkata (kepada sesamanya), “Berimanlah kamu pada apa yang diturunkan kepada orang-orang yang beriman pada awal siang dan ingkarlah pada akhir (siang) agar mereka kembali (pada kekufuran).

73.  Janganlah kamu percaya selain kepada orang yang mengikuti agamamu.”102) Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya petunjuk (yang sempurna) itu hanyalah petunjuk Allah. (Janganlah kamu percaya) bahwa seseorang akan diberi seperti apa yang diberikan kepada kamu atau mereka akan menyanggah kamu di hadapan Tuhanmu.” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah. Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.”

102) Yakni kepada orang yang seagama dengan kamu (Yahudi atau Nasrani) agar mereka tidak masuk Islam atau kepada orang-orang Yahudi atau Nasrani yang sudah telanjur masuk Islam agar iman mereka guncang dan kembali pada agama mereka semula.

Asbabun Nuzul

Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Abdullah ibnush-Shaif, Adi bin Zaid, dan al-Harits bin Auf saling mengajak, ‘Mari kita beriman kepada apa yang diturunkan oleh Allah kepada Muhammad dan para sahabatnya di pagi hari, lalu kita kafir kepadanya di malam hari. Hingga kita merancukan agama mereka. Semoga mereka juga melakukan hal yang sama dengan apa yang kita lakukan sehingga mereka meninggalkan agama mereka itu.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya atas mereka, ‘Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan,.. ‘hingga firman-Nya, ‘…Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.” (Ali lmran: 71-73)

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari as-Suddi dari Abu Malik, dia berkata, “Dulu para pendeta Yahudi berkata kepada orang-orang yang mengikuti mereka, ‘Jangan kalian beriman kecuali dengan orang yang mengikuti agama kalian.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya, ‘…Katakanlah (Muhammad), ‘Sesungguhnya petunjuk itu hanyalah petunjuk Allah… .” (Ali Imran: 73)

 

Ayat 77

اِنَّ الَّذِيْنَ يَشْتَرُوْنَ بِعَهْدِ اللّٰهِ وَاَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيْلًا اُولٰۤىِٕكَ لَا خَلَاقَ لَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللّٰهُ وَلَا يَنْظُرُ اِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَلَا يُزَكِّيْهِمْ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ

77.  Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih.

Asbabun Nuzul

Imam Bukhari, Imam Muslim, dan yang lainnya meniwayatkan bahwa al-Asy’ats berkata, “saya dan seorang Yahudi pernah mempunyai sebidang tanah milik bersama. Lalu dia mengkhianatiku, maka saya mengadu kepada Rasulullah. Lalu beliau bertanya kepadaku, ‘Apakah engkau mempunyai bukti?’ Saya jawab,”Tidak.’ Beliau berkata kepada orang Yahudi itu,”Bersumpahlah engkau.’ Maka saya langsung katakan kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah. Jika dia bersumpah, tentu dia akan membawa harta milik saya.’ Lalu Allah menurunkan firman-Nya, ‘Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, hingga akhir ayat.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Abi Aufa bahwa seorang lelaki menjual barang dagangannya di pasar. Lalu dia bersumpah atas nama Allah bahwa dia telah menerima barang dagangan tersebut dengan harga di atas harga yang dia tawarkan untuk membujuk seorang lelaki muslim. Maka turunlah firman Allah, “Sesungguhnya orang-orang yang rnemperjualbelikan janji Allah dan sumpahsumpah mereka dengan harga murah,” hingga akhir ayat.

Ibnu Hajjar dalam syarah Bukhari berkata, “Tidak ada kontradiksi antara dua hadits ini, tetapi dapat dipahami bahwa sebab turun ayat ini adalah dua peristiwa.” Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ikrimah bahwa ayat ini turun pada Huyai bin Akhthab, Ka’ab ibnul-Asyraf, dan orang-orang Yahudi lainnya yang menyembunyikan Taurat asli yang diturunkan oleh Allah. Lalu mereka mengubahnya dan bersumpah bahwa itu adalah dari Allah. Al-Hafizh Ibnu Hajjar berkata, “Ayat ini mempunyai kemungkinan beberapa sebab, akan tetapi yang menjadi sandaran adalah yang disebutkan dalam Kitab Shahih.”


Ayat 79-80

مَا كَانَ لِبَشَرٍ اَنْ يُّؤْتِيَهُ اللّٰهُ الْكِتٰبَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُوْلَ لِلنَّاسِ كُوْنُوْا عِبَادًا لِّيْ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلٰكِنْ كُوْنُوْا رَبَّانِيّٖنَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُوْنَ الْكِتٰبَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُوْنَ ۙ وَلَا يَأْمُرَكُمْ اَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلٰۤىِٕكَةَ وَالنَّبِيّٖنَ اَرْبَابًا ۗ اَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ بَعْدَ اِذْ اَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ࣖ

79.  Tidak sepatutnya seseorang diberi Alkitab, hukum, dan kenabian oleh Allah, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu para penyembahku, bukan (penyembah) Allah,” tetapi (hendaknya dia berkata), “Jadilah kamu para pengabdi Allah karena kamu selalu mengajarkan kitab dan mempelajarinya!”

80.  Tidak (sepatutnya) pula dia menyuruh kamu menjadikan para malaikat dan para nabi sebagai tuhan. Apakah (patut) dia menyuruh kamu (berbuat) kekufuran setelah kamu menjadi muslim?

Asbabun Nuzul

Ibnu Ishaq dan al-Baihaqi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Abu Rafi’ al-Qarzhi berkata, ‘Ketika para pendeta Yahudi dan pendeta Nasrani dan Najran berkumpul di tempat Rasulullah dan beliau mengajak mereka untuk masuk Islam, mereka berkata, ‘Apakah engkau ingin agar kami menyembahmu sebagaimana orang-orang Nasrani menyembah Isa?’ Maka Rasulullah menjawab, ‘Na’udzu billah (Kami berlindung kepada Allah dari hal itu).” Maka Allah menurunkan firman-Nya pada peristiwa itu, ‘Tidak murigkin bagi seseorang…,’ hingga firman-Nya, ‘… setelah kamu menjadi muslim?” (Ali Imran: 79-80)

Abdurrazzaq dalam tafsirnya meriwayatkan dari Hasan al-Bashri, dia berkata, “datang kepada saya bahwa seorang lelaki berkata kepada Rasulullah,’Wahai Rasulullah, kami akan mengucapkan salam kepadamu sebagaimana kami .mengucapkan salam kepada sesama kami. Lalu apakah kami perlu bersujud kepadamu?’ Rasulullah menjawab, ‘Tidak, akan tetapi muliakan Nabi kalian dan ketahuilah hak keluarganya. Karena sesungguhnya tidak sepantasnya seseorang sujud kepada selain Allah’ Lalu Allah menurunkan ayat ini.  

 

Ayat 86-89

كَيْفَ يَهْدِى اللّٰهُ قَوْمًا كَفَرُوْا بَعْدَ اِيْمَانِهِمْ وَشَهِدُوْٓا اَنَّ الرَّسُوْلَ حَقٌّ وَّجَاۤءَهُمُ الْبَيِّنٰتُ ۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ اُولٰۤىِٕكَ جَزَاۤؤُهُمْ اَنَّ عَلَيْهِمْ لَعْنَةَ اللّٰهِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَۙ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا ۚ لَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْظَرُوْنَۙ اِلَّا الَّذِيْنَ تَابُوْا مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ وَاَصْلَحُوْاۗ فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

86.  Bagaimana (mungkin) Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang kufur setelah mereka beriman dan mengakui bahwa Rasul (Muhammad) itu benar dan bukti-bukti yang jelas telah sampai kepada mereka? Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.

87.  Mereka itu, balasannya adalah ditimpa laknat Allah, para malaikat, dan manusia seluruhnya.

88.  Mereka kekal di dalamnya (laknat). Tidak akan diringankan azab dari mereka, dan mereka tidak diberi penangguhan,

89.  kecuali orang-orang yang bertobat setelah itu dan memperbaiki (dirinya). Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Asbabun Nuzul

An-Nasa’i, Ibnu Hibban, dan al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Dulu ada seorang lelaki dari Anshar yang masuk Islam lalu dia murtad. Kemudian dia menyesal dan mengirim pesan kepada kaumnya yang isinya, ‘Tanyakan kepada Rasulullah apakah saya masih bisa bertobat?’ Maka turunlah ayat ini hingga ayat 89. Setelah itu kaumnya mengirimkan berita gembira itu kepadanya, lalu dia masuk Islam lagi.”

Musaddad dalam musnadnya dan Abdurrazzaq meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata, “Al-Harits bin Suwaid mendatangi Rasulullah dan masuk Islam. Kemudian dia kafir lagi dan kembali kepada kaumnya. Lalu Allah menurunkan firman-Nya atasnya, ‘Bagaimana Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang kafir setelah mereka beriman,…’ hingga firman-Nya, ‘… maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. “(Ali Imran: 86-89) Lalu seseorang dari kaumnya menyampaikan tentang ayat tersebut kepadanya dan membacakannya kepadanya. Maka al-Harits berkata, ‘Demi Allah, sungguh engkau adalah orang yang sangat jujur. Sesungguhnya Rasulullah lebih jujur darimu. Dan sesungguhnya Allah paling jujur.’ Lalu dia masuk Islam lagi dan berislam dengan baik.”


Ayat 97

فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًا ۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

97.  Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) Maqam Ibrahim.108) Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka amanlah dia. (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu109) mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam.

108) Lihat catatan kaki surah al-Baqarah/2: 125.-><-109) Kriteria mampu adalah sanggup mendapatkan perbekalan, alat transportasi, sehat jasmani, perjalanan aman, dan keluarga yang ditinggalkan terjamin kehidupannya.

Asbabun Nuzul

Sa’id bin Manshur meriwayatkan dari lkrimah. Ketika turun firman Allah, ‘Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.”(Ali Imran: 85) Orang-orang Yahudi berkata, ‘Kalau demikian kami juga orang muslim.’ Rasulullah berkata, “Sesungguhnya Allah mewajibkan atas orang-orang muslim untuk menunaikan haji.’ Orang-orang Yahudi menjawab, ‘Haji tidak diwajibkan atas kami.’ Dan, mereka pun enggan menunaikan haji. Maka Allah menurunkan firman-Nya,’.. .Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya dari seluruh alam.”

 

Ayat 99-101

قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لِمَ تَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ تَبْغُوْنَهَا عِوَجًا وَّاَنْتُمْ شُهَدَاۤءُ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تُطِيْعُوْا فَرِيْقًا مِّنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ يَرُدُّوْكُمْ بَعْدَ اِيْمَانِكُمْ كٰفِرِيْنَ وَكَيْفَ تَكْفُرُوْنَ وَاَنْتُمْ تُتْلٰى عَلَيْكُمْ اٰيٰتُ اللّٰهِ وَفِيْكُمْ رَسُوْلُهٗ ۗ وَمَنْ يَّعْتَصِمْ بِاللّٰهِ فَقَدْ هُدِيَ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ ࣖ

99.  Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Ahlulkitab, mengapa kamu terus-menerus menghalang-halangi orang-orang yang beriman dari jalan Allah? Kamu (memang) menghendakinya (jalan Allah itu) menjadi bengkok, sedangkan kamu menyaksikan.110) Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.”

110) Maksud menyaksikan adalah mengetahui bahwa agama yang diridai Allah Swt. adalah agama Islam.

100.  Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti segolongan dari orang yang diberi Alkitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang-orang kafir setelah beriman.

101.  Bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu dan Rasul-Nya (Nabi Muhammad) pun berada di tengah-tengah kamu? Siapa yang berpegang teguh pada (agama) Allah, sungguh dia telah diberi petunjuk ke jalan yang lurus.

Asbabun Nuzul

AI-Faryabi dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Pada masa jahiliah orang-orang Aus dan al-Khazraj saling bermusuhan. Pada suatu ketika, setelah kedatangan Islam, mereka berkumpul dan berbincang-bincang tentang apa yang pemah terjadi di antara mereka sebelum kedatangan Islam. Hingga akhirnya mereka sama-sama naik pitam dan sebagian mereka saling menghunus senjata. Lalu turunlah firman Allah ta’ala, ‘Dan bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir..” (Ali Imran: 101) Dan dua ayat setelahnya.

Ibnu Ishaq dan Abusy Syekh meriwayatkan dari Zaid bin Aslam, dia berkata, “suatu hari Syas bin Qais, seorang Yahudi, melintasi orang-orang dari kabilah Aus dan Khazraj yang sedang berbincang-bincang. Syas sangat tidak suka dengan keakraban kedua kabilah tersebut setelah permusuhan yang sekian lama terjadi antar mereka. Maka dia menyuruh seorang pemuda Yahudi yang bersamanya untuk ikut bergabung bersama orang-orang Aus dan Khazraj tersebut, lalu mengingatkan mereka tentang Hari Bi’ats. Pemuda itu pun melakukan perintah Syas. Akibatnya orang-orang Aus dan Khazraj pun saling berselisih dan saling membanggabanggakan kabilah mereka. Hingga seorang dari Aus yang bemama Aus bin Qaizhi dan seorang dari Khazraj yang bemama Jabbar bin Shakar melompat berdiri dan keduanya saling mencela. Amarah kedua kabilah tersebut pun memuncak dan mereka sudah bersiap-siap untuk berperang. Lalu kejadian itu sampai kepada Rasulullah. Maka beliau mendatangi mereka, lalu menyampaikan nasihat kepada mereka dan memperbaiki kembali hubungan mereka. Mereka pun mendengarkan dan menaati nasihat Rasulullah tersebut. Lalu Allah menurunkan firman-Nya pada Aus dan Jabbar serta orang-orang yang bersama mereka, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu mengikuti sebagian dari orang yang diberi Kitab…” (Ali Imran: 100) Dan Allah menurunkan kepada Syas bin Qais firman-Nya, ‘Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu menghalang-halangi …..”(Ali Imran: 99)


Ayat 113-115

۞ لَيْسُوْا سَوَاۤءً ۗ مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ اُمَّةٌ قَاۤىِٕمَةٌ يَّتْلُوْنَ اٰيٰتِ اللّٰهِ اٰنَاۤءَ الَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُوْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ وَمَا يَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ يُّكْفَرُوْهُ ۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢبِالْمُتَّقِيْنَ

113.  Mereka tidak sama. Di antara Ahlulkitab ada golongan yang lurus.112) Mereka membaca ayat-ayat Allah pada malam hari dalam keadaan bersujud (salat).

112) Yaitu Ahlulkitab yang telah memeluk agama Islam.

114.  Mereka beriman kepada Allah dan hari Akhir, menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka itu termasuk orang-orang saleh.

115.  Kebaikan apa pun yang mereka kerjakan, mereka tidak akan dihalangi dari (pahala)-nya. Allah Maha Mengetahui orang-orang bertakwa.

Asbabun Nuzul

Ibnu Abi Hatim, ath-Thabrani, dan lbnu Mandah dalam ash-Shahabah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ketika Abdullah bin Salam, Tsa’labah bin Sa’iyyah, Usaid bin Sa’iyyah, Asad bin Abd, dan orang-orang Yahudi lainnya masuk Islam serta beriman, membenarkan Islam dan senang dengan Islam, para pendeta Yahudi dan orang-orang kafir dari mereka berkata,”Hanya orang-orang yang tidak baik dari golongan kami yang beriman kepada Muhammad dan mengikutinya. Seandainya mereka itu orang-orang yang baik, tentunya mereka tidak akan meninggalkan agama nenek moyang mereka dan mengikuti yang lain.’ Lalu Allah menurunkan firman-Nya pada peristiwa itu,’Mereka itu tidak sama…”.

Ahmad, an-Nasai dan lainnya meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, dia berkata, “Pada suatu hari Rasulullah mengakhirkan shalat isya. Ketika beliau datang ke masjid, orang-orang masih menunggu shalat. Lalu beliau bersabda, ‘Sesungguhnya tidak seorang pun dari pengikut agama-agama yang ada ini yang berzikir kepada Allah pada waktu ini kecuali kalian’ Lalu turun firman Allah, ‘Mereka itu tidak (seluruhnya) sama. Di antara Ahli Kitab ada golongan yang jujur, mereka membaca ayat-ayat Allah pada malam hari, dan mereka (juga) bersujud (shalat)…. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imran: 113-115)


Ayat 118

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مِّنْ دُوْنِكُمْ لَا يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالًاۗ وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْۚ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاۤءُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۖ وَمَا تُخْفِيْ صُدُوْرُهُمْ اَكْبَرُ ۗ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْاٰيٰتِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ

118.  Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil teman kepercayaan dari orang-orang di luar kalangan (agama)-mu (karena) mereka tidak henti-hentinya (mendatangkan) kemudaratan bagimu. Mereka menginginkan apa yang menyusahkanmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang mereka sembunyikan dalam hati lebih besar. Sungguh, Kami telah menerangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu berpikir.

Asbabun Nuzul

Ibnu Jarir dan Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Dulu orang-orang muslim menjalin hubungan baik dengan orang-orang Yahudi karena ketika masa jahiliah mereka membuat janji setia untuk saling membela. Lalu Allah menurunkan firman-Nya kepada mereka yang melarang mereka menjadikan orang-orang Yahudi itu sebagai teman kepercayaan demi menghindari keburukan.


Ayat 121-125

وَاِذْ غَدَوْتَ مِنْ اَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِيْنَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ ۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌۙ اِذْ هَمَّتْ طَّۤاىِٕفَتٰنِ مِنْكُمْ اَنْ تَفْشَلَاۙ وَاللّٰهُ وَلِيُّهُمَا ۗ وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ بِبَدْرٍ وَّاَنْتُمْ اَذِلَّةٌ ۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ اِذْ تَقُوْلُ لِلْمُؤْمِنِيْنَ اَلَنْ يَّكْفِيَكُمْ اَنْ يُّمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ بِثَلٰثَةِ اٰلَافٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُنْزَلِيْنَۗ بَلٰٓى ۙاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا وَيَأْتُوْكُمْ مِّنْ فَوْرِهِمْ هٰذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ اٰلَافٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُسَوِّمِيْنَ

121.  (Ingatlah) ketika engkau (Nabi Muhammad) berangkat pada pagi hari meninggalkan keluargamu untuk mengatur orang-orang mukmin pada pos-pos pertempuran.113) Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

113) Peristiwa ini terjadi pada Perang Uhud pada tahun ke-3 H.

122.  (Ingatlah) ketika dua golongan dari pihak kamu114) ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong mereka. Oleh karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.

114) Kedua golongan itu adalah Bani Salamah dari suku Khazraj dan Bani Harisah dari suku Aus yang sama-sama menjadi bagian dari barisan kaum muslim.

123.  Sungguh, Allah benar-benar telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu (pada saat itu) adalah orang-orang lemah.115) Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah agar kamu bersyukur.

115) Perang Badar terjadi ketika umat Islam jumlahnya sedikit dan perlengkapan perangnya kurang. 

124.  (Ingatlah) ketika engkau (Nabi Muhammad) mengatakan kepada orang-orang mukmin, “Apakah tidak cukup bagimu bahwa Tuhanmu membantumu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?”

125.  “Ya (cukup).” Jika kamu bersabar dan bertakwa, lalu mereka datang menyerang kamu dengan tiba-tiba, niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.

Asbabun Nuzul

Ibnu Abi Hatim dan Abu Ya’la meriwayatkan dari al-Miswar bin Makhramah, dia berkata, “Saya katakan kepada Abdurrahman bin Auf, ‘Beri tahu saya tentang kisah kalian pada Peperangan Uhud.’ Ibnu Mas’ud menjawab,”Bacalah ayat setelah 120 dari surah Ali Imran, maka engkau akan mendapati kisah kami, ‘Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berangkat pada pagi hari…” Hingga ayat, ‘Ketika dua golongan dari pihak kamu ingin (mundur) karena takut,…”(Ali Imran: 122)

lbnu Mas’ud berkata lagi, ‘Mereka adalah orang-orang yang meminta jaminan keamanan kepada orang-orang musyrik, hingga firman-Nya, ‘Dan kamu benar-benar mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya; maka (sekarang) kamu sungguh, telah melihatnya dan kamu menyaksikannya.” (Ali Imran: 143)

Ibnu Mas’ud berkata, ‘ltu adalah angan-angan para orang mukmin untuk bertemu musuh, hingga firman-Nya, “Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)?…” (Ali Imran: 144) Ibnu Mas’ud berkata lagi, ‘ltu adalah teriakan setan pada Perang Uhud, yaitu, ‘Muhammad telah terbunuh’ Hingga firman-Nya, ‘.. . Keamanan (berupa) kantuk..’ , maksudnya adalah membuat mereka merasa mengantuk.”

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, dia berkata, “Firman Allah, ‘Ketika dua golongan dari kamu ingin (mundur) karena takut….” (3: 122) Ayat itu turun kepada kami, Bani Salamah dan Bani Haritsah.

Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari asy-Sya’bi bahwa pada Perang Badar orang-orang muslim mendengar bahwa Kirz bin Jabir al-Muharibi memberi bantuan kepada orang-orang musyrik. Hal itu membuat mereka gelisah. Lalu Allah menurunkan firman-Nya, “…Apakah tidak cukup bagimu bahwa Allah membantu kamu..” hingga ayat “..memakai tanda.” (Ali Imran: 124-125) Kemudian Kirz mendengar berita kekalahan orang-orang musyrik. Maka dia pun tidak jadi memberi bantuan kepada orang-orang musyrik dan Allah pun tidak memberi bantuan pasukan lima ribu malaikat kepada orang-orang muslim.


Ayat 128

لَيْسَ لَكَ مِنَ الْاَمْرِ شَيْءٌ اَوْ يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ اَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَاِنَّهُمْ ظٰلِمُوْنَ

128.  Hal itu sama sekali bukan menjadi urusanmu (Nabi Muhammad),117) apakah Allah menerima tobat mereka atau mengazabnya karena sesungguhnya mereka orang-orang zalim.

117) Menurut riwayat al-Bukhari, ayat ini turun karena Nabi Muhammad saw. berdoa kepada Allah Swt. agar menyelamatkan sebagian pemuka kaum musyrik dan membinasakan sebagian lainnya.

Asbabun Nuzul

Ahmad dan Muslim meriwayatkan dari Anas bahwa pada Perang Uhud, gigi Nabi saw. patah, wajah beliau terluka hingga darah mengalir di wajah beliau. Lalu beliau bersabda, “Bagaimana satu kaum akan beruntung jika mereka melakukan hal ini terhadap nabi mereka yang mengajak mereka kepada Tuhan mereka?” Lalu Allah menurunkan ayat ini

Ahmad dan al-Bukhari meniwayatkan dari Ibnu Umar, dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah berdoa, ‘Ya Allah laknatlah si Fulan. Ya Allah laknatlah al-Harits bin Hisyam. Ya Allah laknatlah Suhail bin ‘Amr. Ya Allah laknatlah Shafwan bin Umayyah.’ Maka turunlah ayat ini. Lalu mereka semua diampuni. Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah hadits yang semisal dengan di atas.

Al-Hafizh Ibnu Hajjar berkata, “Cara menggabungkan kedua hadits di atas adalah ketika shalat, Rasulullah mendoakan keburukan atas orang-orang yang disebutkan tersebut setelah apa yang menimpa beliau pada Perang Uhud. Lalu turunlah firman Allah pada dua hal tersebut secara bersamaan, tentang apa yang menimpa beliau dan doa beliau karena hal itu.”

Selanjutnya al-Hafizh Ibnu Hajjar berkata, “Akan tetapi sebuah riwayat di dalam Shahih Muslim membuat penggabungan tersebut menjadi rancu. hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah di waktu fajar ketika shalat berdoa, ‘Ya Allah laknatlah Ra’al, Dzikwan, dan Ashiyyah.’ Hingga Allah menurunkan, ‘Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad)….”. Bentuk kerancuan yang ditimbulkannya adalah ayat di atas turun pada kisah Perang Uhud, sedangkan kisah Ra’al dan Dzikwan terjadi setelahnya. Kemudian saya melihat ada ‘illah (cacat) pada hadits ini, yaitu terjadi idraj (kata-kata perawi yang masuk ke dalam hadits) di dalamnya. Karena kata-kata, ‘Hingga Allah menurunkan,’ adalah munqathi’ dari riwayat az-Zuhri dari orang yang menyampaikannya kepada az-Zuhri. Hal itu dijelaskan Muslim. Model balaagh (yaitu kata-kata seorang perawi, ‘Telah sampai kepada saya’) seperti ini tidak bisa diterima dari orang yang saya sebutkan itu.”

Al-Hafizh Ibnu Hajjar juga berkata, “Kemungkinan juga bisa dikatakan bahwa kisah Ra’al dan Dzakwan terjadi setelah Perang Uhud dan ayat di atas turun belakangan dari sebab turunnya. Kemudian ayat di atas turun pada semua peristiwa itu.”

Terdapat riwayat tentang sebab turun ayat di atas yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam tarikhnya dan oleh Ibnu lshaq dan Salim bin Abdillah bin Umar, dia berkata, ‘Seorang lelaki dari Quraisy mendatangi Rasulullah lalu berkata, ‘Sesungguhnya engkau melarang kami untuk mencaci.’ Kemudian dia membalikkan badannya dan membelakangi Rasulullah lalu membuka pakaiannya sehingga pantatnya kelihatan. Maka Rasulullah melaknatnya dan mendoakan keburukan atasnya. Maka Allah menurunkan firmanNya, ‘Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad)..” Kemudian lelaki itu masuk Islam dan dia pun berislam dengan haik.” Hadits ini Mursal ghariib.

 

Ayat 130

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوا الرِّبٰوٓا اَضْعَافًا مُّضٰعَفَةً ۖوَّاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَۚ

130.  Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda118) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.

118) Riba dalam ayat ini dimaksudkan sebagai utang-piutang yang ketika tidak bisa dibayar pada waktu jatuh tempo, pengutang diberi tambahan waktu, tetapi dengan ganti berupa penambahan jumlah yang harus dilunasinya. Menurut para ulama, riba nasiah ini haram, walaupun jumlah penambahannya tidak berlipat ganda.

Asbabun Nuzul

Al-Faryabi meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata, “Dulu orang-orang melakukan jual beli dengan memberikan tenggang waktu pembayaran hingga waktu tertentu. Ketika tiba waktu pembayaran namun si pembeli belum juga sanggup membayar, si penjual menambahkan harganya dan menambahkan tenggang waktunya. Lalu turunlah ayat ini.

Al-Faryabi juga meriwayatkan dari Atha’, dia berkata, “Pada masa jahiliah, Tsaqif memberi utang kepada Bani Nadhir. Ketika tiba waktu pembayaran, mereka berkata, ‘Kami akan mengambil riba darinya dan kalian undur pelunasannya’ Maka turunlah ayat ini.


Ayat 140

اِنْ يَّمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهٗ ۗوَتِلْكَ الْاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِۚ وَلِيَعْلَمَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاۤءَ ۗوَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَۙ

140.  Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran) dan Allah mengetahui orang-orang beriman (yang sejati) dan sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Allah tidak menyukai orang-orang zalim.

Asbabun Nuzul

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ikrimah, dia berkata, “Ketika berita tentang Perang Uhud tidak kunjung tiba kepada para wanita, mereka pun keluar untuk mencari informasi. Ketika di jalan mereka berpapasan dengan dua orang lelaki yang sedang menunggang unta, lalu salah seorang wanita tersebut bertanya kepada keduanya, ‘Bagaimana keadaan Rasulullah?’

Keduanya menjawab, ‘Beliau masih hidup.’ Wanita tadi berkata, ‘Jika demikian, saya tidak peduli jika Allah menjadikan hamba-hamba-Nya sebagai syuhada.’ Dan turun firman Allah seperti kata-kata wanita tadi, “…dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada…”


Ayat 143

وَلَقَدْ كُنْتُمْ تَمَنَّوْنَ الْمَوْتَ مِنْ قَبْلِ اَنْ تَلْقَوْهُۖ فَقَدْ رَاَيْتُمُوْهُ وَاَنْتُمْ تَنْظُرُوْنَ ࣖ

143.  Sungguh, kamu benar-benar mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya (peperangan). Maka, (sekarang) kamu sungguh telah melihat (peperangan itu) dan menyaksikan (kematian).

Asbabun Nuzul

lbnu Abi Hatim meriwayatkan dari al-Aufi dari lbnu Abbas bahwa beberapa orang sahabat berkata, “seandainya kita terbunuh sebagaimana mereka yang terbunuh di Perang Badar.” Atau mereka berkata, “Seandainya ada peperangan lagi seperti Peperangan Badar yang bisa kita ikuti, kita akan memerangi orang-orang musyrik dan kita mendapatkan kemenangan. Atau kita mencari syahadah dari surga, atau bertahan hidup dan mendapatkan rezeki (ghanimah).” Lalu saat Perang Uhud pun tiba, dan Allah menakdirkan mereka masih hidup, yang ikut berperang ternyata hanya orang-orang yang dikehendaki Allah saja. Lalu Allah menurunkan firman-Nya, “Dan kamu benar-benar mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya”


Ayat 144

وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۗ اَفَا۟ىِٕنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلٰٓى اَعْقَابِكُمْ ۗ وَمَنْ يَّنْقَلِبْ عَلٰى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللّٰهَ شَيْـًٔا ۗوَسَيَجْزِى اللّٰهُ الشّٰكِرِيْنَ

144.  (Nabi) Muhammad hanyalah seorang rasul. Sebelumnya telah berlalu beberapa rasul.122) Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak akan mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

122) Nabi Muhammad saw. adalah utusan Allah Swt. Para rasul sebelumnya telah wafat. Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw. juga akan wafat seperti halnya para rasul terdahulu. Pada waktu perang Uhud berkecamuk, tersiar berita bahwa Nabi Muhammad saw. wafat terbunuh. Berita ini mengacaukan umat Islam sehingga ada yang ingin meminta pelindungan Abu Sufyan (pemimpin kaum Quraisy). Sementara itu, orang-orang munafik mengatakan bahwa kalau Nabi Muhammad saw. itu betul seorang Nabi, tentu tidak akan wafat terbunuh. Maka, Allah Swt. menurunkan ayat ini untuk menenteramkan kaum muslim dan membantah perkataan orang munafik.

Asbabun Nuzul

lbnul Mundzir meriwayatkan dari Umar, dia berkata, “Ketika peperangan Uhud, kami berpisah dengan Rasulullah. Lalu aku mendaki Gunung Uhud dan mendengar orang-orang berkata, ‘Muhammad telah terbunuh.’ Maka saya berkata,”Tak seorang pun yang mengatakan bahwa Muhammad telah terbunuh, kecuali akan saya bunuh.’ Ketika saya perhatikan ke bawah Gunung Uhud, saya melihat Rasulullah dengan orang-orang sedang kembali. Lalu turun firman Allah, ‘Dan Muhammad hanyalah seorang rasul;…”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari ar-Rabi’, dia berkata, “Ketika kekalahan menimpa muslimin dan mereka berteriak-teriak memanggil Rasulullah, orang-orang berkata, ‘Rasulullah telah terbunuh.’ Maka sekelompok orang berkata, ‘Seandainya dia seorang nabi, tentu tidak akan terbunuh.’ Dan sekelompok orang lainnya berkata, ‘Berperanglah demi sesuatu yang untuknya Nabi kalian berperang, hingga Allah memenangkan kalian atau kalian menyusul beliau.’ Lalu Allah menurunkan ayat ini.

Al-Baihaqi meriwayatkan dalam Dalaa’ilun Nubuwwah dari Abu Najih bahwa seorang dari Muhajirin berpapasan dengan seorang Anshar yang berlumuran darah. Lalu dia berkata, “Apakah engkau merasa bahwa Muhammad telah terbunuh?” Maka orang Muhajir tadi menjawab, “Jika beliau telah terbunuh, maka beliau telah menyampaikan risalahnya. Maka berperanglah kalian demi agama kalian.” Lalu turunlah firman Allah di atas.

Ibnu Rahawaih meriwayatkan dalam musnadnya dari az-Zuhri bahwa ketika Peperangan Uhud setan meneriakkan bahwa Rasulullah telah terbunuh. Ka’ab bin Malik berkata, “Saya orang pertama yang mengetahui kondisi Rasulullah sebenarnya. Saya melihat beliau memakai topi baja, lalu saya berteriak, ‘Itu Rasulullah.’ Lalu Allah menurunkan firman-Nya, ‘Dan Muhammad hanyalah seorang rasul…”


Ayat 154

ثُمَّ اَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ الْغَمِّ اَمَنَةً نُّعَاسًا يَّغْشٰى طَۤاىِٕفَةً مِّنْكُمْ ۙ وَطَۤاىِٕفَةٌ قَدْ اَهَمَّتْهُمْ اَنْفُسُهُمْ يَظُنُّوْنَ بِاللّٰهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ ۗ يَقُوْلُوْنَ هَلْ لَّنَا مِنَ الْاَمْرِ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ اِنَّ الْاَمْرَ كُلَّهٗ لِلّٰهِ ۗ يُخْفُوْنَ فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ مَّا لَا يُبْدُوْنَ لَكَ ۗ يَقُوْلُوْنَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الْاَمْرِ شَيْءٌ مَّا قُتِلْنَا هٰهُنَا ۗ قُلْ لَّوْ كُنْتُمْ فِيْ بُيُوْتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِيْنَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ اِلٰى مَضَاجِعِهِمْ ۚ وَلِيَبْتَلِيَ اللّٰهُ مَا فِيْ صُدُوْرِكُمْ وَلِيُمَحِّصَ مَا فِيْ قُلُوْبِكُمْ ۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ

154.  Setelah kamu ditimpa kesedihan, kemudian Dia menurunkan rasa aman kepadamu (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari kamu,129) sedangkan segolongan lagi130) telah mencemaskan diri mereka sendiri. Mereka berprasangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah.131) Mereka berkata, “Adakah sesuatu yang dapat kita perbuat dalam urusan ini?” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya segala urusan itu di tangan Allah.” Mereka menyembunyikan dalam hatinya apa yang tidak mereka terangkan kepadamu. Mereka berkata, “Seandainya ada sesuatu yang dapat kami perbuat dalam urusan ini, niscaya kami tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Seandainya kamu ada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditetapkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.” Allah (berbuat demikian) untuk menguji yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui segala isi hati.

129) Yakni orang-orang Islam yang kuat keyakinannya.-><-130) Yakni orang-orang Islam yang masih ragu-ragu.-><-131) Yang dimaksud dengan sangkaan jahiliah adalah menganggap bahwa apabila Nabi Muhammad saw. itu benar-benar utusan Allah Swt., tentu tidak akan terkalahkan atau terbunuh dalam peperangan.

Asbabun Nuzul

Ibnu Rahawaih meriwayatkan dari az-Zubair, dia berkata, “Ketika ketakutan sangat menghantui kami pada Perang Uhud dan Allah menurunkan rasa kantuk kepada kami hingga setiap orang dan kami kepalanya tertunduk sampai dagunya menempel di dadanya karena tidur, saya seperti bermimpi mendengar kata-kata Mu’tab bin Qusyair, ‘Sekiranya kita memiliki hak campur tangan dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan terbunuh di sini.’ Lalu Allah menurunkan ayat ini.


Ayat 161

وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ اَنْ يَّغُلَّ ۗوَمَنْ يَّغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۚ ثُمَّ تُوَفّٰى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ

161.  Tidak layak seorang nabi menyelewengkan (harta rampasan perang). Siapa yang menyelewengkan (-nya), niscaya pada hari Kiamat dia akan datang membawa apa yang diselewengkannya itu. Kemudian, setiap orang akan diberi balasan secara sempurna sesuai apa yang mereka lakukan dan mereka tidak dizalimi.

Asbabun Nuzul

Abu Dawud dan at-Tirmidzi (menghasankannya) meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ayat di atas turun pada sebuah kain merah yang hilang pada Peperangan Uhud. Maka beberapa orang berkata,”Mungkin Rasulullah telah mengambilnya.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya, ‘Dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang).”

Ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabiir meriwayatkan dengan sanad yang para perawinya tsiqah dan Ibnu Abbas, dia berkata, “Pada suatu ketika Rasulullah mengirim satu tentara. Kemudian panjinya kembali. Lalu beliau mengirim kembali, namun panjinya kembali juga. Kemudian beliau mengutus kembali, lalu panjinya dikembalikan dengan emas sebesar kepala kijang. Maka turunlah firman Allah, “Dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang)..”

 

Ayat 165

اَوَلَمَّآ اَصَابَتْكُمْ مُّصِيْبَةٌ قَدْ اَصَبْتُمْ مِّثْلَيْهَاۙ قُلْتُمْ اَنّٰى هٰذَا ۗ قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اَنْفُسِكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

165.  Apakah ketika kamu ditimpa musibah (kekalahan pada Perang Uhud), padahal kamu telah memperoleh (kenikmatan) dua kali lipatnya (pada Perang Badar), kamu berkata, “Dari mana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah, “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.” Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

Asbabun Nuzul

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Umar ibnul-Khaththab, dia berkata, “Pada Perang Uhud, orang-orang muslim dihukum karena apa yang mereka lakukan pada Perang Badar, yaitu karena mereka mengambil tebusan dari musuh untuk membebaskan tawanan. Sehingga pada Perang Uhud tujuh puluh orang terbunuh, para sahabat melarikan diri, gigi Rasulullah patah, topi baja beliau pecah, dan darah mengalir di wajah beliau. Maka Allah menurunkan firmanNya, ‘Dan mengapa kamu (heran) ketika ditimpa musibah (kekalahan pada Perang Uhud),…”


Ayat 169

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ

169.  Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya, mereka itu hidup dan dianugerahi rezeki di sisi Tuhannya.134)

134) Maksudnya adalah hidup di alam yang lain, bukan di alam dunia. Mereka mendapatkan berbagai kenikmatan di sisi Allah Swt. Hanya Allahlah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup di alam lain itu.

Asbabun Nuzul

Ahmad, Abu Dawud, dan al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Ketika saudara-saudara kalian terbunuh pada Perang Uhud,Allah menjadikan ruh-ruh mereka di dalam tubuh burung-burung hijau yang minum dari sungai-sungai surga dan makan dari buahnya. Lalu burung-burung itu terbang keperaduan di dalam lampu yang terbuat dari emas di bawah naungan Arasy. Ketika mereka mendapati makanan dan minuman mereka yang nikmat serta tempat istirahat yang bagus, mereka berkata, ‘Seandainya saudara-saudara kami tahu apa yang diberikan Allah kepada kami sehingga mereka tidak enggan untuk berjihad dan tidak mundur dari peperangan’ Maka Allah berfirman kepada mereka, ‘Aku menyampaikan hal itu kepada saudara-saudara kalian.’ Lalu Allah menurunkan firman-Nya, ‘janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati….’ Dan ayat setelahnya.” At-Tirmidzi juga meriwayatkan dari Jabir riwayat yang semisal di atas.


Ayat 172-174

اَلَّذِيْنَ اسْتَجَابُوْا لِلّٰهِ وَالرَّسُوْلِ مِنْۢ بَعْدِ مَآ اَصَابَهُمُ الْقَرْحُ ۖ لِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا اَجْرٌ عَظِيْمٌۚ اَلَّذِيْنَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ اِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوْا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ اِيْمَانًاۖ وَّقَالُوْا حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ فَانْقَلَبُوْا بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوْۤءٌۙ وَّاتَّبَعُوْا رِضْوَانَ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ ذُوْ فَضْلٍ عَظِيْمٍ

172.  (yaitu) orang-orang yang memenuhi (seruan) Allah dan Rasul setelah mereka menderita luka-luka (dalam Perang Uhud). Orang-orang yang berbuat kebaikan dan bertakwa di antara mereka akan mendapat pahala yang sangat besar,

173.  (yaitu) mereka yang (ketika ada) orang-orang mengatakan kepadanya, “Sesungguhnya orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan (pasukan) untuk (menyerang) kamu. Oleh karena itu, takutlah kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.”

174.  Mereka kembali dengan nikmat dan karunia dari Allah. Mereka tidak ditimpa suatu bencana dan mereka mengikuti (jalan) rida Allah. Allah mempunyai karunia yang besar.

Asbabun Nuzul

Ibnu Jarir meriwayatkan dari al-Aufi dari Ibni Abbas, dia berkata, “Sesungguhnya Allah telah membuat hati Abu Sufyan merasa takut pada Perang Uhud setelah apa yang dia lakukan. Lalu dia kembali ke Mekah. Rasulullah bersabda, Sesungguhnya Abu Sufyan telah menang sedikit atas kalian. Dia telah kembali dan Allah telah membuatnya ketakutan.” Perang Uhud terjadi pada bulan Syawal, dan para pedagang datang ke Madinah pada bulan Dzul Qa’idah. Lalu mereka singgah di Badar Shughra. Mereka datang setelah Perang Uhud terjadi. Ketika itu orang-orang mukmin banyak yang masih terluka dan belum sembuh. Lalu Rasulullah mengajak orang-orang untuk berangkat bersama beliau. Lalu setan pun datang dan menakut-nakuti anak buahnya dengan berkata, “Sesungguhnya para musuh telah berkumpul untuk menyerbu kalian.” Maka mereka yidak mengikutinya dan berkata, “Sesungguhnya aku tetap pergi berperang, walaupun tidak ada seorang pun yang mengikutiku.” Rasulullah pun mengajak Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, az-Zubair, Sa’ad, Thalhah, Abdurrahman bin Auf, Abdullah bin Mas’ud, Hudzaifah ibnul-Yaman, dan Abu Ubaidah ibnul-Jarrah dalam pasukan yang berjumlah tujuh puluh orang. Lalu mereka bergerak mencari Abu Sufyan hingga sampai di Shafra’ Lalu Allah menurunkan firman-Nya, “(Yaitu) orang-orang yang menaati (perintah) Allah dan Rasul…”

Ath-Thabrani meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ketika orang-orang musyrik kembali dari Uhud, mereka berkata, ‘Kalian tidak membunuh Muhammad, tidak pula membawa gadis-gadis yang muda. Sungguh buruk apa yang kalian lakukan ini. Kembalilah!’ Rasulullah mendengar hal itu. Lalu beliau mengutus beberapa orang muslim hingga sampai Hamraa’ul Asad atau sumur Abu Utaibah. Lalu Allah menurunkan firman-Nya,”(Yaitu) orang-orang yang menaati (perintah) Allah dan Rasul..” Ketika itu Abu Sufyan berkata kepada Rasulullah, ‘Kita akan ketemu lagi di Badar karena di sana kalian telah membunuh teman-teman kami.’ Mendengar hal itu, para pengecut segera kembali, sedangkan para pemberani mempersiapkan peralatan perang dan keperluan untuk berdagang. Lalu mereka mendatangi Badar, namun mereka tidak menemukan seorang pun di sana. Maka mereka pun berdagang. Lalu Allah menurunkan firman-Nya,’Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah,..’ (Ali Imran: 174)

Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Abu Rafi’ bahwa Nabi saw. mengutus Ali bersama sejumlah orang untuk mencari Abu Sufyan. Di perjalanan mereka bertemu dengan seorang Arab pedalaman yang berasal dan Khuza’ah. Dia berkata, “Orang-orang itu telah berkumpul untuk menyerang kalian.” Ali dan rombongannya berkata, “Cukuplah Allah bagi kami dan Dialah sebaik-baik pembela.” Maka turunlah pada mereka ayat ini.


Ayat 181

لَقَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ فَقِيْرٌ وَّنَحْنُ اَغْنِيَاۤءُ ۘ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوْا وَقَتْلَهُمُ الْاَنْۢبِيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّۙ وَّنَقُوْلُ ذُوْقُوْا عَذَابَ الْحَرِيْقِ

181.  Sungguh, Allah benar-benar telah mendengar perkataan orang-orang (Yahudi) yang mengatakan, “Sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya.” Kami akan mencatat perkataan mereka dan pembunuhan terhadap nabi-nabi yang mereka lakukan tanpa hak (alasan yang benar). Kami akan mengatakan (kepada mereka pada hari Kiamat), “Rasakanlah azab yang membakar!”

Asbabun Nuzul

Ibnu Ishaq dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Pada suatu hari Abu Bakar mendatangi rumah Madras. Di sana dia mendapati orang-orang Yahudi sedang berkumpul bersama seorang lelaki benama Fanhash. dia berkata kepada Abu Bakar, ‘Wahai Abu Bakar, demi Allah, kita sungguh tidak mempunyai kebutuhan kepada Allah, Dialah yang faqir. Seandainya Dia kaya, tentu Dia tidak akan meminta pinjaman kepada kita, sebagaimana dikatakan temanmu itu.’ Mendengar itu, Abu Bakar pun marah, dan memukul wajah lelaki Yahudi itu. Fanhash pun segera pergi menemui Rasulullah untuk mengadukan apa yang dilakukan Abu Bakar terhadapnya. Dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, lihatlah apa yang dilakukan temanmu ini terhadapku!’ Rasulullah pun bertanya, ‘Wahai Abu Bakar, apa yang membuatmu melakukannya?’ Dia menjawab, ‘Wahai Rasulullah, dia telah mengatakan kata-kata yang sangat buruk. Dia berkata bahwa Allah itu fakir dan mereka tidak membutuhkan-Nya.’ Namun Fanhash tidak mengakuinya. maka Allah menurunkan, “Sungguh, Allah telah mendengar perkataan orang-orang (Yahudi) yang mengatakan,…”

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ketika turun firman Allah, ‘Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik (2: 245) Orang-orang Yahudi mendatangi Rasulullah lalu mereka berkata, ‘Wahai Muhammad, apakah Tuhanmu menjadi fakir sehingga Dia meminta-minta kepada hamba-Nya?’ Maka Allah menurunkan ayat ini.


Ayat 186

۞ لَتُبْلَوُنَّ فِيْٓ اَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْٓا اَذًى كَثِيْرًا ۗ وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ

186.  Kamu pasti akan diuji dalam (urusan) hartamu dan dirimu. Kamu pun pasti akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Alkitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan.

Asbabun Nuzul

Ibnu Abi Hatim dan Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Abbas dengan sanad yang baik bahwa ayat tersebut turun terhadap apa yang terjadi antara Abu Bakar dan Fanhash, karena kata-katanya, “Sesungguhnya Allah fakir dan kamilah yang kaya.”

Abdurrazzaq meriwayatkan dari Ma’mar dari az-Zuhri, dari Abdurrahman bin Ka’ab bin Malik bahwa ayat ini turun pada Ka’ab ibnul-Asyraf yang mengejek Nabi saw. dan para sahabat beliau dengan syairnya.


Ayat 190

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ

190.  Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,

Asbabun Nuzul

Ath-Thabrani dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Orang-orang Quraisy mendatangi orang-orang Yahudi dan bertanya kepada mereka, ‘Apa tanda-tanda yang dibawa Musa kepada kalian?’ Orang-orang Yahudi itu menjawab, ‘Tongkat dan tangan yang putih bagi orang-orang yang melihatnya.’ Lalu orang-orang Quraisy itu mendatangi orang-orang Nasrani, lalu bertanya kepada mereka, ‘Apa tanda-tanda yang diperlihatkan Isa?’ Mereka menjawab, ‘Dia dulu menyembuhkan orang yang buta, orang yang sakit kusta dan menghidupkan orang mati.’ Lalu mereka mendatangi Nabi saw. lalu mereka berkata kepada beliau,”Berdoalah kepada Tuhanmu untuk mengubah bukit Shafa dan Marwah menjadi emas untuk kami.’ Lalu beliau berdoa, maka turunlah ayat ini


Ayat 195

فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ اَنِّيْ لَآ اُضِيْعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنْكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى ۚ بَعْضُكُمْ مِّنْۢ بَعْضٍ ۚ فَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَاُخْرِجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ وَاُوْذُوْا فِيْ سَبِيْلِيْ وَقٰتَلُوْا وَقُتِلُوْا لَاُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّاٰتِهِمْ وَلَاُدْخِلَنَّهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ ثَوَابًا مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الثَّوَابِ

195.  Maka, Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan perbuatan orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain. Maka, orang-orang yang berhijrah, diusir dari kampung halamannya, disakiti pada jalan-Ku, berperang, dan terbunuh, pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai sebagai pahala dari Allah. Di sisi Allahlah ada pahala yang baik.”

Asbabun Nuzul

Abdurrazzaq, Sa’id bin Manshur, at-Tirmidzi, al-Hakim, dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ummu Salamah, dia berkata, “Wahai Rasulullah, saya tidak mendengar Allah menyebutkan para wanita yang melakukan hijrah.”Maka Allah menurunkan ayat ini.


Ayat 199

وَاِنَّ مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ لَمَنْ يُّؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكُمْ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِمْ خٰشِعِيْنَ لِلّٰهِ ۙ لَا يَشْتَرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ

199.  Sesungguhnya di antara Ahlulkitab ada yang beriman kepada Allah dan pada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka. Mereka berendah hati kepada Allah dan tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga murah. Mereka itu memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah Mahacepat perhitungan-Nya.

Asbabun Nuzul

An-Nasa’i meriwayatkan dari Anas, dia berkata, “Ketika berita tentang meninggalnya an-Najasyi sampai kepada Rasulullah, beliau bersabda,”Mari shalati dia.’ Para sahabat menjawab, ‘Wahai Rasulullah, apakah kami melakukan shalat atas seorang budak dari Ethiopia?’ Lalu Allah menurunkan firman-Nya, ‘Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada yang beriman kepada Allah,..

Ibnu Jarir juga meriwayatkan yang serupa dengannya dan Jabir. Dan dalam al-Mustadrak, al-Hakim meriwayatkan dari Abdullah ibnuz-Zubair, dia berkata, “Turun pada an-Najasyi firman Allah, ‘Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada yang beriman kepada Allah,..