MASIGNASUKAv102
1212694102616477524

8. Surat Al-Anfal

 Ayat 1

يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْاَنْفَالِۗ قُلِ الْاَنْفَالُ لِلّٰهِ وَالرَّسُوْلِۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاَصْلِحُوْا ذَاتَ بَيْنِكُمْ ۖوَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗٓ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ ١

1. Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah, “Harta rampasan perang itu milik Allah dan Rasul (menurut ketentuan Allah dan Rasul-Nya). Maka, bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu orang-orang mukmin.”

Asbabun Nuzul

Abu Dawud, an-Nasa’i, Ibnu Hibban, dan al-Hakim meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas berkata, “Nabi saw. bersabda, ‘Barangsiapa membunuh seorang musuh, maka Ia mendapat ini dan itu. Dan barangsiapa menawan seorang musuh, maka ia mendapat ini dan itu.’ Orang-orang tua bertahan di bawah panji-panji perang, sedangkan para pemuda maju membunuhi musuh dan merampas ghanimah. Lalu orang-orang yang tua itu berkata kepada para pemuda, ‘Beri kami bagian, sebab kami adalah tulang punggung kalian. Seandainya terjadi sesuatu pada kalian pasti kalian mundur kepada kami.’ Mereka bertengkar, lalu mereka menghadap Nabi saw.,hingga turunlah ayat, ‘Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang (pembagian) harta rampasan perang…. “

Ahmad meriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqash, ia berkata, “Pada waktu Perang Badar, saudaraku (‘Umair) terbunuh, maka sebagai pembalasannya aku membunuh Sa’id ibnul-‘Ash, dan aku ambil pedangnya yang kemudian kubawa menghadap Nabi saw.. Beliau bersabda, ‘Gabungkan pedang itu ke dalam barang-barang rampasan perang.’ Aku pun kembali dengan membawa kesedihan yang tidak terkira akibat terbunuhnya saudaraku dan diambilnya barang rampasanku. Belum jauh aku berjalan, telah turun surah al-Anfaal. Maka Nabi saw. bersabda, ‘Pergilah ambil pedangmu!”

Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan an-Nasa’i meriwayatkan dari Sa’ad, ia menuturkan, “Pada waktu Perang Badar, aku merampas sebilah pedang. Aku katakan, ‘Wahai Rasulullah, sungguh Allah telah membalaskan sakit hatiku terhadap kaum musyrikin. Hadiahkan pedang mini kepada saya.’ Beliau bersabda, ini bukan hakku, juga bukan hakmu.’ Aku pun berkata, ‘Boleh jadi pedang ini diberikan kepada seseorang yang tidak bertempur seperti yang kulakukan.’ Kemudian Rasulullah mendatangiku lalu bersabda,”Tadi engkau memintaku ketika hal ini bukan menjadi hakku. Sekarang ia telah menjadi hakku, dan pedang itu milikmu.”

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid bahwa mereka bertanya kepada Nabi saw. tentang Khumus (bagian seperlima) sisa dari 4/5, maka turunlah ayat, “Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang (pembagian) harta rampasan perang …”


Ayat 5

كَمَآ اَخْرَجَكَ رَبُّكَ مِنْۢ بَيْتِكَ بِالْحَقِّۖ وَاِنَّ فَرِيْقًا مِّنَ الْمُؤْمِنِيْنَ لَكٰرِهُوْنَ ٥

5. (Peristiwa itu)305) sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan (berdasar) kebenaran meskipun sesungguhnya sebagian orang-orang yang beriman, itu tidak menyukainya.

305) Sebagian sahabat Nabi keberatan dengan ketentuan pembagian harta rampasan perang, sebagaimana mereka keberatan dengan perintah Allah Swt. untuk melaksanakan Perang Badar.

Asbabun Nuzul

Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Abu Ayyuub al-Anshari, ia menuturkan, “Rasulullah bersabda kepada kami tatkala kami di Madinah- ketika itu beliau mendengar kabar bahwa kafilah dagang Abu Sufyan telah tiba, ‘Bagaimana pendapat kalian? Boleh jadi Allah akan memberikannya sebagai ghanimah bagi kita dan menyerahkannya kepada kita!’ Maka kami pun berangkat. Setelah berjalan sehari dua hari, beliau bertanya, ‘Bagaimana menurut kalian?’ Kami menjawab, ‘Rasulullah, kita tidak punya kekuatan untuk berperang pada hari ini. Kita keluar tidak lain untuk merebut kafilah dagang’ Kemudian al-Miqdad berkata,”Janganlah kalian mengatakan seperti ucapan kaum Musa, “… pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja.” Maka Allah menurunkan firman-Nya, ‘Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran,’ meskipun sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya.” (aI-Anfaal: 5) Jarir meriwayatkan hal senada dari Ibnu Abbas.


Ayat 9

اِذْ تَسْتَغِيْثُوْنَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ اَنِّيْ مُمِدُّكُمْ بِاَلْفٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُرْدِفِيْنَ ٩

9. (Ingatlah) ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu Dia mengabulkan(-nya) bagimu (seraya berfirman), “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu berupa seribu malaikat yang datang berturut-turut.”

Asbabun Nuzul

At-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Umar ibnul-Khaththab berkata, “Nabi saw. memandang kaum musyrikin yang berjumlah seribu orang sementara anak buah beliau hanya berjumlah 300 sekian belas orang. Maka beliau menghadap kiblat, mengangkat tangannya, seraya berdoa kepada Tuhan, ‘Ya Allah, wujudkanlah apa yang Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau binasakan rombongan kami ini, Engkau tidak lagi disembah di muka bumi.’ Beliau terus memohon kepada Tuhan seraya mengangkat kedua tangannya dan menghadap kiblat sampai-sampai selendang beliau terjatuh, lalu Abu Bakar mendekati dan memungut Selendang itu lalu menyampirkannya di pundak beliau. Kemudian ia berdiri di belakang beliau dan berkata “ya Rasulullah, permohonanmu kepada Tuhan sudah cukup pasti Dia akan melaksanakan apa yang telah Ia janjikan kepadamu’ Maka Allah menurunkan firman-Nya,'(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu,…’ Allah mendatangkan bala bantuan para malaikat kepada mereka.”


Ayat 17

فَلَمْ تَقْتُلُوْهُمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ قَتَلَهُمْۖ وَمَا رَمَيْتَ اِذْ رَمَيْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ رَمٰىۚ وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِيْنَ مِنْهُ بَلَاۤءً حَسَنًاۗ اِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ ١٧

17. Maka, (sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah yang membunuh mereka dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, melainkan Allah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin dengan kemenangan yang baik.308) Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

308) Peristiwa ini terkait Perang Badar sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Dia bercerita bahwa ketika Perang Badar berkecamuk, Nabi Muhammad saw. berkata kepada Ali, “Ambilkan aku segenggam pasir!” Ali segera mengambil pasir tersebut dan menyerahkannya kepada beliau. Lalu, beliau melemparkan pasir itu ke muka para musuh sehingga tidak seorang pun yang matanya luput darinya. Oleh karena itu, hancurlah mereka.” (Riwayat aṭ-Ṭabrani).

Asbabun Nuzul

Mengenai firman Allah ta’ala,”. . .dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar,..,” al-Hakim meriwayatkan dari Sa’id ibnul-Musayyab bahwa ayahnya menuturkan “Pada Perang Uhud, Ubai bin Khalaf mendatangi Nabi saw.. Orang-orang memberikan jalan baginya, lalu Mush’ab bin ‘Umair menghadapinya Rasulullah melihat tulang selangka Ubai dan celah kecil antara baju besi dan helm besinya, kemudian Rasulullah menikamnya dengan tombak beliau hingga Ubai tersungkur dari kudanya. Tikaman itu tidak mengeluarkan darah, tapi mematahkan salah satu tulang rusuknya. Dia dijemput kawan-kawannya, sementara dia menggereng seperti kerbau. Kawan-kawannya berkata, ‘Mengapa kamu demikian ketakutan? ini hanya luka kecil!’ Maka dia menuturkan kepada mereka tentang perkataan Rasulullah,”Akulah yang akan membunuh Ubai!’ Kemudian dia melanjutkan, ‘Demi Tuhan, seandainya luka yang kualami ini menimpa penduduk Dzul Majazir, pasti mereka semua mati Akhirnya Ubai benar-benar mati sebelum dia sampai ke Mekah. Lalu Allah menurunkan firman-Nya, ‘.. .dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar ….” Hadits ini sanadnya shahih, akan tetapi ia ghariib.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abdurrahman ibnuz-Zubair bahwa pada Perang Khaibar Rasulullah meminta sebuah busur, lalu beliau memanah benteng dan anak panah tersebut meluncur turun membunuh Ibnu Abil Huqaiq yang sedang berbaring di ranjangnya. Maka Allah menurunkan firman-Nya, “. . . dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar ….”

Hadits ini mursal, sanadnya jayyid (bagus), akan tetapi ghariib. Yang masyhur bahwa ayat ini turun mengenai lemparan beliau pada Perang Badar, yakni ketika beliau melempar dengan segenggam debu.

Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, dan ath-Thabrani meriwayatkan bahwa Hakim bin Hizam berkata, “Pada Perang Badar, kami mendengar suara yang jatuh ke bumi dari langit seperti suara kerikil yang jatuh di baskom. Dan, Rasulullah melemparkan debu itu sehingga kami kalah. Itulah yang dimaksud oleh firman-Nya, ‘… dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar . . .. Abusy Syaikh meriwayatkan hal senada dari Jabir dan Ibnu Abbas. Riwayat serupa juga disebutkan oleh Ibnu Jarir dari lain.


Ayat 19

اِنْ تَسْتَفْتِحُوْا فَقَدْ جَاۤءَكُمُ الْفَتْحُۚ وَاِنْ تَنْتَهُوْا فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۚ وَاِنْ تَعُوْدُوْا نَعُدْۚ وَلَنْ تُغْنِيَ عَنْكُمْ فِئَتُكُمْ شَيْـًٔا وَّلَوْ كَثُرَتْۙ وَاَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُؤْمِنِيْنَ ࣖ ١٩

19.  Jika kamu (kaum kafir) meminta putusan (tentang pihak mana yang benar), sungguh putusan itu telah datang kepadamu (kemenangan kaum muslim pada Perang Badar). Jika kamu berhenti (memusuhi Rasul), itulah yang lebih baik bagimu. Jika kamu kembali (melakukan kezaliman serupa), niscaya Kami akan kembali (mengalahkan kamu). Pasukanmu sedikit pun tidak akan dapat menolak bahaya darimu biarpun (banyak jumlahnya). Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang beriman.

Asbabun Nuzul

Al-Hakim meriwayatkan dari Abdullah bin Tsa’labah bin Sha’ir, ia berkata, “Orang yang mencari keputusan itu adalah Abu Jahal. Ketika kedua rombongan (kaum muslimin dan kaum musyrikin) bertemu, ia berucap, ‘Ya Allah, siapa pun di antara kami yang lebih memutus tali kekerabatan dan membawakan kami sesuatu yang tidak kami kenali, maka binasakanlah ia hari ini.’ Ucapan ini adalah istiftaah (pencarian atau permohonan keputusan). Maka Allah menurunkan firman-Nya, ‘Jika kamu meminta keputusan, maka sesungguhnya keputusan telah datang kepadamu;..,”hingga firman-Nya, ‘ …Sungguh, Allah beserta orang-orang beriman.” Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Athiyyah bahwa Abu Jahal berdoa pada waktu Perang Badar, “Ya Allah, tolonglah yang termulia di antara kedua kelompok ini.” Maka turunlah ayat ini.


Ayat 27

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَخُوْنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْٓا اَمٰنٰتِكُمْ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ ٢٧

27.  Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul serta janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.

Asbabun Nuzul

Sa’id bin Manshur dan lain-lain meriwayatkan dari Abdullah bin Qataadah, ia berkata, “Ayat ini turun tentang Abu Lubabah bin Abdul Mundzir. Pada waktu terjadi Perang Bani Quraizhah, ia ditanya oleh Bani Quraizhah, ‘Bagaimana keputusannya nanti?’ Ia mengisyaratkan ke arah tenggorokannya, yang beranti bahwa keputusan Rasulullah nanti adalah menyembelih mereka semua. Maka turunlah ayat ini. Abu Lubaabah mengatakan, ‘Selagi masih di tempat, aku pun menyadari bahwa aku telah mengkhianati Allah dan rasul-Nya.”

Ibnu Jarir dan lain-lain meriwayatkan dari Jabir bin Abdillah bahwa ketika Abu Sufyan keluar dari Mekah, Jibril mendatangi Nabi saw. dan berkata, “Abu Sufyan sekarang berada di tempat ini.” Maka Rasulullah bersabda (kepada para sahabat), “Abu Sufyan sekarang berada di termpat anu; berangkatlah kalian kepadanya secara diam-diam.” Tapi seorang munafik menulis surat kepada Abu Sufyan, “Muhammad hendak menyerang kalian. Waspadalah!” Maka Allah menurunkan firman-Nya, “Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad).”

Hadits ini sangat ghariib, sanad dan konteksnya meragukan. Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa as-Suddi berkata, “Dahulu mereka (para sahabat) mendengarkan sabda Nabi saw. lalu menyebarkannya sehingga terdengar kaum musyrikin. Maka turunlah ayat ini.,”


Ayat 30

وَاِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِيُثْبِتُوْكَ اَوْ يَقْتُلُوْكَ اَوْ يُخْرِجُوْكَۗ وَيَمْكُرُوْنَ وَيَمْكُرُ اللّٰهُ ۗوَاللّٰهُ خَيْرُ الْمٰكِرِيْنَ ٣٠

30. (Ingatlah) ketika orang-orang yang kufur merencanakan tipu daya terhadapmu (Nabi Muhammad) untuk menahan, membunuh, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah membalas tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.

Asbabun Nuzul

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa sejumlah orang Quraisy dan para pemuka tiap suku berkumpul hendak memasuki Daarun Nadwah, tapi Iblis menghadang mereka dalam penampilan seorang tua terhormat. Tatkala mereka melihatnya, mereka bertanya, “Siapa Anda?” Ia menjawab, “Saya seorang sesepuh dari Nejed.”Saya mendengar urusan yang membuat kalian mengadakan pertemuan ini sehingga saya ingin ikut hadir. Kalian tidak akan rugi mendengar nasihat dan pendapat saya.” Mereka menjawab, baiklah, silakan masuk.” Lalu ia pun masuk bersama mereka. Kemudian ia mengatakan, “Pikirkanlah cara menghadapi orang ini!” Seseorang berkata, “Belenggu dia dengan tali lalu tunggu saja maut menjemputnya hingga ia mampus seperti para penyair sebelumnya Zuhair dan an-Nabighah sebab dia tidak lebih seperti mereka.”

Musuh Allah (Iblis) yang menjelma sebagai sesepuh dari Nejed itu berkata, “Tidak, sungguh ini bukan pendapat yang tepat. Ia bisa saja mengirim berita kepada sahabat-sahabatnya sehingga mereka bergerak merebutnya dari tangan kalian, lalu mereka melindunginya dari gangguan kalian.

Kalau sudah begitu, aku khawatir mereka akan mengusir kalian dari negeri kalian. Carilah pendapat lain!” Seseorang berkata, “Usir saja dia dari negeri kalian agar kalian dapat hidup tenang. Sebab, kalau dia sudah keluar, apa yang ia perbuat tidak akan merugikan kalian.” Sesepuh Nejed itu berkata, ‘Tidak, sungguh ini bukan pendapat yang bagus. Tidakkah kalian lihat betapa manis ucapannya, betapa lemasnya lidahnya, serta betapa pandainya ia menarik hati orang dengan perkataannya?! Demi Allah, seandainya kalian melakukan pilihan ini, lalu ia membujuk orang-orang Arab, pasti mereka bersatu di bawah komandonya, lalu ia akan menyerang kalian hingga ia mengusir kalian dari negeri ini serta membantai para pemimpin kalian.” Kata orang-orang itu, “Dia benar! Pikirkan cara lain!” Abu Jahal berkata, “Demi Allah, aku akan kemukakan kepada kalian pendapat yang tidak terpikirkan oleh kalian. Aku tidak melihat pendapat lain.” Mereka bertanya, “Apa pendapatmu?” Ia menerangkan, “Kalian ambil seorang pemuda yang kuat dari tiap suku, lalu masing-masing diberi pedang yang tajam, lalu mereka menikamnya secara bersama-sama. Kalau kalian membunuhnya, darahnya akan terbagi kepada seluruh suku. Kukira satu marga dari Bani Hasyim Itu tidak akan sanggup memerangi seluruh Quraisy. Dan kalau mereka menyadari hal itu, pasti mereka akan mau menerima tebusan. Dengan demikian, kita bisa tenang dan terbebas dari gangguannya.”

Akhirnya mereka bubar setelah sepakat untuk melaksanakan rencana ini. Lalu Jibril mendatangi Nabi saw. dan menyuruhnya untuk tidak tidur di pembaringannya yang biasa ia tempati. Dia memberi tahu beliau tentang makar kaum Quraisy. Rasulullah pun tidak tidur di rumahnya pada malam itu. Dan pada waktu itulah Allah memerintahkan beliau untuk keluar (dari Mekah), dan setelah beliau tiba di Madinah Dia menurunkan firman-Nya kepada beliau untuk mengingatkan beliau akan nikmat-Nya, “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan tipu daya terhadapmu (Muhammad).. “

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ubaid bin Umair dan al-Muththalib bin Abi Wadaa’ah bahwa suatu ketika Abu Thalib bertanya kepada Nabi saw., “Apa yang dirundingkan kaummu?” Beliau menjawab, “Mereka hendak memenjarakan aku, atau membunuhku, atau mengusirku.” Tanya Abu Thalib lagi, “Siapa yang memberitahukan demikian kepadamu?” Beliau menjawab, “Tuhanku.” Kata Abu Thalib, “Sebaik-baik Tuhan adalah Tuhanmu, maka jagalah baik-baik.” Rasulullah menyahut, “Aku menjaga-Nya? Dialah yang justru menjagaku!” Maka turunlah ayat di atas. Ibnu Katsir berkata, “Disebutkannya nama Abu Thalib dalam riwayat ini adalah ghariib, bahkan mungkar, sebab kisah ini terjadi pada malam hijrah, yang terjadi tiga tahun setelah kematian Abu Thalib.”


Ayat 31

وَاِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِمْ اٰيٰتُنَا قَالُوْا قَدْ سَمِعْنَا لَوْ نَشَاۤءُ لَقُلْنَا مِثْلَ هٰذَآ ۙاِنْ هٰذَآ اِلَّآ اَسَاطِيْرُ الْاَوَّلِيْنَ ٣١

31. Apabila ayat-ayat Kami dibacakan kepada mereka, mereka berkata, “Sungguh, kami telah mendengar (yang seperti ini). Jika kami menghendaki, niscaya kami dapat mengucapkan yang seperti ini juga. (Al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah dongeng orang-orang terdahulu.”

Asbabun Nuzul

Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Sa’id ibnuz-Zubair berkata, “Pada Perang Badar, Nabi saw. membunuh Uqbah bin Abi Mu’iith, Thu’aimah bin Adi, dan an-Nadhr ibnul-Harits dalam keadaan terbelenggu. Al-Miqdadlah yang menawan an-Nadhr. Maka ketika beliau memerintahkan agar an-Nadhr dibunuh, dia mengadu, ‘Wahai Rasulullah, dia adalah tawanan saya!’ Rasulullah bersabda, ‘Dahulu dia pernah mengatakan sesuatu (yang keji) tentang Kitabullah.’ Mengenai dirinyalah diturunkannya ayat,”Dan apabila ayat-ayat Kami dibacakan kepada mereka,. “


Ayat 32

وَاِذْ قَالُوا اللّٰهُمَّ اِنْ كَانَ هٰذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَاَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِّنَ السَّمَاۤءِ اَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ اَلِيْمٍ ٣٢

32. (Ingatlah) ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, “Ya Allah, jika (Al-Qur’an) ini adalah kebenaran dari sisi-Mu, hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada kami azab yang sangat pedih.”

Asbabun Nuzul

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Sa’id ibnuz-Zubair tentang firman-Nya, “Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, ‘Ya Allah, jika (Al-Qur’an) ini benar (wahyu) dari Engkau,…” Ia berkata, “Ia turun tentang an-Nadhr ibnul-Harits.”

Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas, ia berkata, “Abu Jahl bin Hisyam mengatakan, ‘…Ya Allah, jika (Al-Qur’an) ini benar (wahyu) dari Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.’ maka turunlah ayat 33, ‘Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad,) berada di antara mereka ….”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Dahulu orang-orang musyrik bertawaf di Ka’bah dan berucap, “Ya Allah, ampunilah kami!’ Maka Allah menurunkan firman-Nya, ‘Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Yazid bin Rumaan dan Muhammad bin Qais bahwa orang-orang Quraisy berkata satu sama lain,”Muhammad adalah orang yang dimuliakan Allah di antara kita.” ‘.. Ya Allah,jika (Al-Qur’an) ini benar (wahyu) dari Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” (al-Anfaal: 32) Akan tetapi pada sore harinya mereka menyesali apa yang telah mereka katakan tadi, dan mereka berdoa,”Ya Allah, ampunilah kami!” Maka Allah menurunkan ayat 33, “. . . Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan.” hingga firman-Nya pada ayat 34,”… tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”

Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari Ibnu Abza bahwa Rasulullah masih berada di Mekah ketika Allah menurunkan ayat 33, “Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka….” Setelah beliau hijrah ke Madinah, Allah menurunkan firman-Nya, “.. .Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan.” Sisa kaum muslimin yang masih berada di Mekah senantiasa beristigfar, dan setelah mereka berhijrah Allah menurunkan firman-Nya di ayat 34, “Dan mengapa Allah tidak menghukum mereka ….” Lalu Dia memerintahkan penaklukan Mekah, dan itulah azab yang dijanjikan-Nya kepada mereka.


Ayat 35

وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ اِلَّا مُكَاۤءً وَّتَصْدِيَةًۗ فَذُوْقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ ٣٥

35.  Salat mereka di sekitar Baitullah tidak lain hanyalah siulan dan tepuk tangan. Maka, rasakanlah azab ini karena kamu selalu kufur.

Asbabun Nuzul 

Al-Wahidi meriwayatkan bahwa Ibnu Umar berkata, “Dahulu mereka berthawaf di Ka’bah sambil bertepuk tangan dan bersiul, maka turunlah ayat ini.”

lbnu Jarir meriwayatkan dari Sa’id, ia berkata, “Quraisy dahulu membarengi Nabi saw. ketika thawaf, dengan tujuan mengejek beliau dan bersiul serta bertepuk tangan. Maka turunlah ayat ini.”

 

Ayat 36

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗفَسَيُنْفِقُوْنَهَا ثُمَّ تَكُوْنُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُوْنَ ەۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِلٰى جَهَنَّمَ يُحْشَرُوْنَۙ ٣٦

36.  Sesungguhnya orang-orang yang kufur menginfakkan harta mereka untuk menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan (terus) menginfakkan harta itu, kemudian (hal itu) menjadi (sebab) penyesalan yang besar bagi mereka. Akhirnya, mereka akan dikalahkan. Ke (neraka) Jahanamlah orang-orang yang kufur itu akan dikumpulkan

Asbabun Nuzul

Ibnu Ishaq mengatakan, “Aku pernah diberi tahu oleh az-Zuhri, Muhammad bin Yahya bin Hibban, ‘Ashim bin Umar bin Qatadah, dan al-Hushain bin Abdurrahman bin ‘Amr bin Sa’ad bahwa ketika Quraisy kalah pada Perang Badar dan mereka pulang ke Mekah… Abdullah bin Abi Rabii’ah, ‘Ikrimah bin Abi Jahl, dan Shafwaan bin Abi Umayyah, bersama-sama sejumlah orang Quraisy yang lain yang ayah atau anak mereka tewas, menemui Abu Sufyan dan orang-orang Quraisy yang punya barang dagangan dalam kafilah itu. Kata mereka, ‘Hai orang-orang Quraisy, Muhammad telah membantai orang-orang terbaik di antara kalian. Maka, bantulah kami dengan harta ini untuk memeranginya. Mudah-mudahan kita bisa membalas dendam kepadanya.’ Mereka pun sepakat-sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas. Maka Allah menurunkan firman-Nya, ‘Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menginfakkan harta mereka…,’ hingga firman-Nya, ‘…. orang-orang kafir itu akan dikumpulkan.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari al-Hakam bin Utaibah, ia mengatakan, “Ayat ini turun tentang Abu Sufyan yang mendermakan empat puluh uqiyah emas kepada kaum musyrikin.” Sedangkan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abza dan Sa’id ibnuz-Zubair bahwa ayat ini turun tentang Abu Sufyan. Pada Perang Uhud dia mengupah dua ribu orang Habasyah untuk membantunya memerangi Rasulullah’


Ayat 47

وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ خَرَجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَّرِئَاۤءَ النَّاسِ وَيَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ بِمَايَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ ٤٧

47. Janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan rasa angkuh dan ingin dipuji orang (riya) serta menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Allah Maha Meliputi apa yang mereka kerjakan.

Asbabun Nuzul

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhiy bahwa ketika kaum Quraisy berangkat dari Mekah menuju Badar, mereka membawa serta para penyanyi wanita dan gendang. Maka Allah menurunkan firman-Nya,”Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya….”


Ayat 49

اِذْ يَقُوْلُ الْمُنٰفِقُوْنَ وَالَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ غَرَّ هٰٓؤُلَاۤءِ دِيْنُهُمْۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ ٤٩

49. (Ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya berkata, “Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya.” (Allah berfirman,) “Siapa pun yang bertawakal kepada Allah, sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”

Asbabun Nuzul

Dalam al-Mu’jamul Ausath, ath-Thabrani meriwayatkan dengan sanad yang lemah dari Abu Hurairah bahwa ketika Allah menurunkan firman-Nya kepada Nabi saw. di Mekah, “Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” (al-Qamar: 45) Umar ibnul-Khaththaab bertanya, “Rasulullah, golongan apa?” Hal itu sebelum terjadi Perang Badar. Ketika pecah Perang Badar dan kaum Quraisy kalah, aku pun memandang Rasulullah yang sedang menatap bekas-bekas mereka dalam keadaan menghumus pedang dan berucap, “Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” (al-Qamar: 45) Jadi, ayat itu mengenai Perang Badar. Lalu Allah menurunkan firman-Nya mengenai mereka, “Sehingga apabila Kami timpakan siksaan.. . .” (aI-Mu’minuun: 64) Juga menurunkan ayat, “Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan ingkar. . . .” (Ibrahim: 28) Rasulullah melempar mereka, dan lemparan itu mengenai mereka semua, menimpa mata dan mulut mereka, sampai-sampai ada yang terbunuh ketika dia sibuk membersihkan mata dan mulutnya. Maka Allah menurunkan firman-Nya, dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar.. . .” (aI-Anfaal: 17) Dan Dia menurunkan firman-Nya tentang Iblis, Maka ketika kedua pasukan itu telah saling melihat (berhadapan), setan balik ke belakang. .. .” (aI-Anfaal: 48) Utbah bin Rabii’ah serta beberapa orang musyrik yang lain berkata pada waktu Perang Badar, “Orang-orang ini telah ditipu oleh agama mereka!” Maka Allah menurunkan ayat. “(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata, ‘Mereka itu (orang mukmin) ditipu agamanya (al-Anfaal:49)


Ayat 55

اِنَّ شَرَّ الدَّوَاۤبِّ عِنْدَ اللّٰهِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَۖ ٥٥

55.  Sesungguhnya seburuk-buruk makhluk melata dalam pandangan Allah ialah orang-orang yang kufur karena mereka tidak beriman.

Asbabun Nuzul

Abusy Syaikh meriwayatkan dari Sa’id ibnuz-Zubair bahwa ayat, “Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah ialah orang-orang kafir, karena mereka tidak beriman.” turun tentang enam orang Yahudi, salah satunya bernama Ibnu Tabut.


Ayat 58

وَاِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً فَانْۢبِذْ اِلَيْهِمْ عَلٰى سَوَاۤءٍۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْخَاۤىِٕنِيْنَ ࣖ ٥٨

58. Jika engkau (Nabi Muhammad) benar-benar khawatir (akan terjadi) pengkhianatan dari suatu kaum, kembalikanlah (perjanjian itu) kepada mereka dengan cara seimbang (adil dan jujur). Sesungguhnya Allah tidak menyukai para pengkhianat.

Asbabun Nuzul

Abusy Syaikh meriwayatkan dari Ibnu Syihab, ia berkata, “Jibril menemui Rasulullah dan berkata, ‘Engkau telah meletakkan senjata padahal kita masih hendak memburu musuh?! Keluarlah, sesungguhnya Allah telah memerintahkanmu untuk memerangi Quraizhah.’ Dan Allah menurunkan firman-Nya mengenai mereka, “Dan jika engkau (Muhammad) khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan…. “


Ayat 64

يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللّٰهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ ࣖ ٦٤

64.  Wahai Nabi (Muhammad), cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagi engkau dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.

Asbabun Nuzul

Al-Bazzar meriwayatkan dengan sanad yang lemah melalui ‘Ikrimah dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Ketika Umar masuk Islam, orang-orang musyrik berkata satu sama lain, Sekarang mereka telah setara dengan kita.’ Dan Allah pun menurunkan firman-Nya, ‘Wahai Nabi (Muhammad)! Cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.” Atsar ini dikuatkan dengan beberapa riwayat lain.

Ath-Thabrani dan lain-lain meriwayatkan dari Sa’id ibnuz-Zubair bahwa Ibnu Abbas berkata, “Ketika 39 lelaki dan wanita masuk Islam lalu Umar pun masuk Islam sehingga jumlah mereka menjadi empat puluh, turun firman-Nya, ‘Wahai Nabi (Muhammad)! Cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orangorang mukmin yang mengikutimu.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Sa’id ibnuz-Zubair bahwa ketika 33 lelaki dan 6 wanita masuk Islam, lalu Umar masuk Islam pula, turunlah ayat, “Wahai Nabi (Muhammad)! Cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.”

Abusy Syaikh meriwayatkan dari Sa’id ibnul-Musayyab bahwa ketika Umar masuk Islam, Allah menurunkan ayat mengenai keislamannya, “Wahai Nabi (Muhammad)! Cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.”


Ayat 65

يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلَى الْقِتَالِۗ اِنْ يَّكُنْ مِّنْكُمْ عِشْرُوْنَ صٰبِرُوْنَ يَغْلِبُوْا مِائَتَيْنِۚ وَاِنْ يَّكُنْ مِّنْكُمْ مِّائَةٌ يَّغْلِبُوْٓا اَلْفًا مِّنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ ٦٥

65.  Wahai Nabi (Muhammad), kobarkanlah semangat orang-orang mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus (orang musuh); dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan seribu orang kafir karena mereka (orang-orang kafir itu) adalah kaum yang tidak memahami.316)

316) Mereka tidak mengerti bahwa berperang itu harus didasari semangat membela keyakinan dan menaati perintah Allah Swt. Mereka berperang semata-mata mempertahankan tradisi jahiliah dan maksud-maksud duniawi lainnya.

Asbabun Nuzul

Ishaq bin Raahawaih, dalam al-Musnad-Nya, meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Ketika Allah mewajibkan agar setiap orang menghadapi sepuluh musuh, mereka merasa keberatan. Maka Allah pun meringankannya sampai satu lawan dua. Lalu Allah menurunkan ayat,”… Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh…,’ hingga akhir ayat.”


Ayat 67

مَاكَانَ لِنَبِيٍّ اَنْ يَّكُوْنَ لَهٗٓ اَسْرٰى حَتّٰى يُثْخِنَ فِى الْاَرْضِۗ تُرِيْدُوْنَ عَرَضَ الدُّنْيَاۖ وَاللّٰهُ يُرِيْدُ الْاٰخِرَةَۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ٦٧

67. Tidaklah (sepatutnya) bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum dia dapat melumpuhkan musuhnya di bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi, sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Asbabun Nuzul

Ahmad dan lain-lain rneriwayatkan dari Anas bahwa Nabi saw. bermusyawarah dengan kaum muslimin mengenai tindakan apa yang akan diambil terhadap para tawanan dalam Perang Badar. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah memberi kalian kuasa penuh atas diri mereka.” Umar ibnul-Khaththab berdiri dan berkata, “Rasulullah, penggal saja leher mereka!” Akan tetapi, setelah mendengar perkataan Umar yang seperti itu beliau berpaling. Lalu Abu Bakar berdiri dan mengatakan, “Menurut kami, Anda sebaiknya memaafkan mereka dan menerima tebusan mereka.” Beliau memaafkan mereka dan menerima uang tebusan., Maka Allah menurunkan ayat 68, “Sekiranya tidak ada ketetapan terdahulu dan Allah,… “

Ahmad, at-Tirmidzi, dan al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, ia berkata, “Pada waktu Perang Badar, ketika para tawanan dihadapkan kepada beliau, Rasulullah bertanya, ‘Apa pendapat kalian tentang para tawanan ini?’ Maka turunlah ayat Al-Qur’an sesuai pendapat Umar,”Tidaklah pantas, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum dia dapat melumpuhkan musuhnya…,’ hingga akhir ayat.”

At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw. bersabda, “Barang-barang ghanimah (rampasan perang) tidak halal bagi seorang pun sebelum kalian. Barang-barang itu sejak dulu dilahap api yang menyambar turun dan langit.” Tapi pada waktu Perang Badar, kaum muslimin memungut barang-barang ghanimah sebelum dihalalkan bagi mereka. Maka Allah menurunkan ayat, “Sekiranya tidak ada ketetapan terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena (tebusan) yang kamu ambil.” (al-Anfaal: 68)


Ayat 70

يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّمَنْ فِيْٓ اَيْدِيْكُمْ مِّنَ الْاَسْرٰٓىۙ اِنْ يَّعْلَمِ اللّٰهُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ خَيْرًا يُّؤْتِكُمْ خَيْرًا مِّمَّآ اُخِذَ مِنْكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ࣖ ٧٠

70. Wahai Nabi (Muhammad), katakanlah kepada para tawanan perang yang ada di tanganmu, “Jika Allah mengetahui ada kebaikan di dalam hatimu, niscaya Dia akan menganugerahkan kepada kamu yang lebih baik daripada apa (tebusan) yang telah diambil dari kamu dan Dia akan mengampuni kamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Asbabun Nuzul

Dalam al-Mu ‘jamul Ausath, ath-Thabrani meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa al-‘Abbas berkata, “Demi Allah, mengenai dirikulah ayat itu turun; yaitu ketika aku memberi tahu Rasulullah bahwa aku masuk Islam dan aku minta beliau memberiku sesuatu dengan harga dua puluh uqiyah yang ada di tanganku, maka beliau memberiku dua puluh budak yang semuanya dapat memperdagangkan harta bendaku, di samping ampunan Allah yang aku harapkan.”


Ayat 73

وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۗ اِلَّا تَفْعَلُوْهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الْاَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيْرٌۗ ٧٣

73. Orang-orang yang kufur, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Jika kamu tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah (untuk saling melindungi), niscaya akan terjadi kekacauan di bumi dan kerusakan yang besar.

Asbabun Nuzul

Ibnu Jarir dan Abusy Syaikh meriwayatkan dari as-Suddi dari Abu Malik bahwa seorang lelaki berkata, “Kita memberi warisan kepada kaum kerabat kita yang musyrik.” Maka turunlah ayat,”Dan orang-orang yang kafir, sebagian mereka melindungi sebagian yang lain…”


Ayat 75

وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْۢ بَعْدُ وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا مَعَكُمْ فَاُولٰۤىِٕكَ مِنْكُمْۗ وَاُولُوا الْاَرْحَامِ بَعْضُهُمْ اَوْلٰى بِبَعْضٍ فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ ٧٥

75. Orang-orang yang beriman setelah itu, berhijrah, dan berjihad bersamamu, maka mereka itu termasuk (golongan) kamu. Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak bagi sebagian yang lain menurut Kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Asbabun Nuzul

Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Ibnuz Zubair berkata, “Dahulu seseorang biasa mengikat janji dengan kawannya, ‘Kamu akan mewarisi aku dan aku pun akan mewarisimu.’ Lalu turunlah ayat,”…Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat menurut Kitab Allah….”

Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya, ia berkata, “Rasulullah mempersaudarakan antara az-Zubair ibnul-‘Awwam dengan Ka’ab bin Malik. Kata az-Zubair, ‘Aku melihat Ka’ab menderita luka-luka dalam Perang Uhud, maka aku berkata, ‘Sekiranya ia meninggal dunia, niscaya aku akan mewarisinya.’ Maka turunlah ayat ini,…’ Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) menurut Kitab Allah…. ” Maka setelah itu harta warisan menjadi hak kaum kerabat, dan sistem pewarisan dari hubungan persaudaraan tersebut berhenti.”