MASIGNASUKAv102
1212694102616477524

6. Surat Al-An’am

Ayat 19

قُلْ اَيُّ شَيْءٍ اَكْبَرُ شَهَادَةً ۗ قُلِ اللّٰهُ ۗشَهِيْدٌۢ بَيْنِيْ وَبَيْنَكُمْ ۗوَاُوْحِيَ اِلَيَّ هٰذَا الْقُرْاٰنُ لِاُنْذِرَكُمْ بِهٖ وَمَنْۢ بَلَغَ ۗ اَىِٕنَّكُمْ لَتَشْهَدُوْنَ اَنَّ مَعَ اللّٰهِ اٰلِهَةً اُخْرٰىۗ قُلْ لَّآ اَشْهَدُ ۚ قُلْ اِنَّمَا هُوَ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ وَّاِنَّنِيْ بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تُشْرِكُوْنَ ١٩

19.  Katakanlah (Nabi Muhammad), “Siapakah yang lebih kuat kesaksiannya?” Katakanlah, “Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Al-Qur’an ini diwahyukan kepadaku supaya dengan itu aku mengingatkan kamu dan orang yang sampai (Al-Qur’an kepadanya). Apakah kamu benar-benar bersaksi bahwa ada tuhan-tuhan lain selain Allah?” Katakanlah, “Aku tidak bersaksi.” Katakanlah, “Sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa dan aku lepas tangan dari apa yang kamu persekutukan.”

Asbabun Nuzul

Ibnu Ishaq dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Sa’id atau ‘Ikrimah dari Ibnu Abbas, katanya, “An-Naham bin Zaid, Qardum bin Ka’ab, dan Bahri bin ‘Amr datang menemui Nabi saw. dan berkata,”Hai Muhammad, kamu tidak mengetahui ada Tuhan lain di samping Allah?!’ Beliau menjawab, Tiada Tuhan selain Allah. Dengannya aku diutus, dan kepada-Nya aku berdakwah.” Maka berkenaan dengan ucapan mereka itulah Allah menurunkan ayat, ‘Katakanlah (Muhammad), ‘Siapakah yang lebih kuat kesaksiannya?”


Ayat 26

وَهُمْ يَنْهَوْنَ عَنْهُ وَيَنْـَٔوْنَ عَنْهُ ۚوَاِنْ يُّهْلِكُوْنَ اِلَّآ اَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَ ٢٦

26. Mereka melarang (orang lain) mendengarkannya (Al-Qur’an) dan mereka pun menjauhkan diri darinya. Mereka tidak membinasakan kecuali diri mereka sendiri, tetapi mereka tidak menyadari.

Asbabun Nuzul

Al-Hakim dan lain-lain meriwayatkan dari Ibnu Abbas, katanya, “Ayat ini turun mengenai Abu Thalib, yang melarang kaum musyrikin menyakiti Rasulullah tapi dia sendiri menjauhi agama yang beliau bawa.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Sa’id bin Abi Hilal bahwa ayat ini turun tentang paman-paman Nabi saw.. Mereka berjumlah sepuluh orang, dan mereka adalah orang yang paling keras terhadap beliau di tempat ramai dan juga paling keras terhadap beliau di tempat sepi.


Ayat 33

قَدْ نَعْلَمُ اِنَّهٗ لَيَحْزُنُكَ الَّذِيْ يَقُوْلُوْنَ فَاِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُوْنَكَ وَلٰكِنَّ الظّٰلِمِيْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ يَجْحَدُوْنَ ٣٣

33. Sungguh, Kami mengetahui bahwa sesungguhnya apa yang mereka katakan itu betul-betul membuatmu (Nabi Muhammad) bersedih. (Bersabarlah) karena sebenarnya mereka tidak mendustakanmu, tetapi orang-orang zalim itu selalu mengingkari ayat-ayat Allah.

Asbabun Nuzul

At-Tirmidzi dan al-Hakim meriwayatkan dari Ali bahwa Abu Jahal berkata kepada Nabi saw., “Sesungguhnya kami bukan mendustakan kamu, tapi kami mendustakan ajaran yang kamu bawa.” Maka Allah menurunkan firman-Nya, “..karena sebenarnya mereka bukan mendustakan engkau, tetapi orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah..”


Ayat 52-55

وَلَا تَطْرُدِ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ ۗمَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِّنْ شَيْءٍ وَّمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِمْ مِّنْ شَيْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُوْنَ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ٥٢ وَكَذٰلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِّيَقُوْلُوْٓا اَهٰٓؤُلَاۤءِ مَنَّ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنْۢ بَيْنِنَاۗ اَلَيْسَ اللّٰهُ بِاَعْلَمَ بِالشّٰكِرِيْنَ ٥٣ وَاِذَا جَاۤءَكَ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِاٰيٰتِنَا فَقُلْ سَلٰمٌ عَلَيْكُمْ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلٰى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَۙ اَنَّهٗ مَنْ عَمِلَ مِنْكُمْ سُوْۤءًاۢ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابَ مِنْۢ بَعْدِهٖ وَاَصْلَحَ فَاَنَّهٗ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ٥٤ وَكَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ وَلِتَسْتَبِيْنَ سَبِيْلُ الْمُجْرِمِيْنَ ࣖ ٥٥

52. Janganlah engkau (Nabi Muhammad) mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari, sedangkan mereka mengharapkan keridaan-Nya. Engkau tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka dan mereka (pun) tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, sehingga engkau (tidak berhak) mengusir mereka. (Jika dilakukan,) engkau termasuk orang-orang yang zalim.245)

53. Demikianlah Kami telah menguji sebagian mereka (yang kaya dan berkuasa) dengan sebagian yang lain (yang miskin dan menderita), sehingga mereka (yang kaya dan kufur itu) berkata, “Orang-orang semacam inikah (yang status sosialnya rendah) di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah?” (Allah berfirman,) “Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang mereka yang bersyukur (kepada-Nya)?”

54. Apabila orang-orang yang beriman pada ayat-ayat Kami datang kepadamu, katakanlah, “Salāmun ‘alaikum (semoga keselamatan tercurah kepadamu).” Tuhanmu telah menetapkan sifat kasih sayang pada diri-Nya, (yaitu) siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu karena kejahilan (kebodohan, kecerobohan, dorongan nafsu, amarah dan sebagainya), kemudian dia bertobat setelah itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

55. Demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Qur’an secara terperinci (agar terlihat jelas jalan kebenaran) dan agar terlihat jelas (pula) jalan para pendurhaka.

245) Ketika Rasulullah saw. sedang duduk-duduk bersama beberapa orang mukmin yang dianggap hina dan miskin oleh kaum Quraisy, datanglah beberapa pemuka Quraisy hendak berbicara dengan Rasulullah. Mereka enggan duduk bersama dengan orang mukmin itu dan mendesak beliau untuk mengusir orang-orang mukmin itu supaya mereka dapat berbicara dengan Rasulullah secara nyaman. Ayat ini turun sebagai teguran terhadap sikap tersebut.

Asbabun Nuzul

Ibnu Hibban dan al-Hakim meriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqash, dia berkata,”Ayat ini turun tentang enam orang: saya, Abdullah bin Mas’ud, dan empat orang yang berkata kepada Rasulullah, ‘Usirlah mereka, sebab kami merasa malu menjadi pengikutmu seperti mereka.’ Maka dalam benak Nabi saw. timbul keinginan itu, sehingga Allah menurunkan,”Janganlah engkau mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya.. .,”hingga firman-Nya, ‘…Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang mereka yang bersyukur(kepada-Nya)?” (al-An’aam: 53)

Ahmad, ath-Thabrani, dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari lbnu Mas’ud, katanya, “Serombongan orang Quraisy berpapasan dengan Rasulullah yang sedang berbincang-bincang dengan Khabbaab ibnul-Aratt, Shuhaib, Bilal, dan ‘Ammar. Mereka pun berseloroh, ‘Hai Muhammad, apakah engkau ridha kepada orang-orang ini? Apakah orang-orang semacam ini di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah? Kalau engkau mengusir mereka, pasti kami akan mengikutimu.’ Maka Allah menurunkan ayat mengenai mereka, ‘Peringatkanlah dengannya (Al-Qur’an) itu orang yang takut akan dikumpulkan menghadap Tuhannya (pada hari Kiamat) (aI-An’aam: 51) Hingga firman-Nya, ‘Jalan orang-orang yang berdosa.” (aI-An’aam: 55)

Ibnu Jarir meriwayatkan dari ‘Ikrimah, katanya, “Utbah bin Rabii’ah, Syaibah bin Rabii’ah, Muth’im bin ‘Adi, al-Harits bin Naufal, serta para pemuka Bani Abdi Manaf yang kafir mendatangi Abu Thalib. Kata mereka, ‘Seandainya keponakanmu mengusir hamba sahaya itu, niscaya dia jadi semakin mulia di hati kami, dan pasti kami akan mengikutinya.’ Lalu Abu Thalib menyampaikan hal itu kepada Nabi saw., dan Umar ibnul-Khaththab pun berkatá, ‘Kalau Anda melakukannya, Anda akan dapat melihat apa yang sebetulnya mereka kehendaki.’ Maka Allah menurunkan ayat, ‘Peringatkanlah dengannya (Al-Qur’an) itu orang yang takut akan dikumpulkan menghadap Tuhannya (pada hari Kiamat),…” (aI-An’aam:51) Hingga firman-Nya, ‘… Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang mereka yang bersyukur (‘kepada-Nya)?” (al-An’aam: 53) [Kata ‘Ikrimah selanjutnya:] Mereka adalah Bilal, ‘Ammar bin Yasir, Salim (maula Abu Hudzaifah), Shabih (maula Usaid), Ibnu Mas’ud, al-Miqdad bin Abdullah, Waqid bin Abdullah al-Hanzhali, dan lain-lain. Kemudian Umar meminta maaf atas ucapannya tersebut, sehingga turun ayat, ‘Dan apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami datang kepadamu,…” (al-An’aam: 54)

Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, dan lain-lain meriwayatkan dari Khabbab bahwa al-Aqra’ bin Habis dan ‘Uyainah bin Hashin datang. Mereka dapati Rasulullah sedang duduk bersama Shuhaib, Bilal, ‘Ammar, dan Khabbab serta orang-orang mukmin yang lemah. Melihat mereka mengelilingi Nabi saw., kedua orang ini memandang rendah mereka. Lalu keduanya mendatangi beliau dan berbisik, “Kami ingin Anda sediakan waktu pertemuan khusus untuk kami, dengan begitu orang-orang Arab mengetahui keutamaan kami. Sebab, delegasi-delegasi Arab mendatangimu, dan kami merasa malu kalau orang-orang Arab melihat kami berkumpul bersama para hamba sahaya ini. Jadi, kalau kami datang, tolong suruh mereka pergi. Kalau kami telah selesai, berkumpullah bersama mereka kalau engkau mau.” Beliau menjawab, “Baik.” Maka turunlah ayat, “Janganlah engkau mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari,…” Kemudian Dia menyebut al-Aqra’ dan kawannya dengan firman-Nya, “Demikianlah, Kami telah menguji sebagian mereka (orang yang kaya) dengan sebagian yang lain (orang yang miskin),…” Khabbab berkata, “Rasulullah ketika itu duduk bersama kami. Kalau beliau hendak pergi, beliau pun bangkit dan meninggalkan kami, sehingga turunlah firman-Nya, dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya (al-Kahfi : 28)

Ibnu Katsir berkata, “ini hadits ghariib sebab ayat ini Surah Makkiyyah, sedangkan al-Aqra’ dan ‘Uyainah baru masuk Islam lama setelah Nabi saw. berhijrah.”

Al-Faryaabi dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Maahaan bahwa beberapa orang mendatangi Nabi saw. lalu berkata, “Sungguh kami telah melakukan dosa-dosa besar” Tapi beliau tidak menjawab apa-apa. Lalu Allah menurunkan firman-Nya, “Dan apabila orang-orang Yang beriman kepada ayat-ayat Kami datang kepadamu…” (al-An’aam 54)


Ayat 65

قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلٰٓى اَنْ يَّبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِّنْ فَوْقِكُمْ اَوْ مِنْ تَحْتِ اَرْجُلِكُمْ اَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَّيُذِيْقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍۗ اُنْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُوْنَ ٦٥

65. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Yang Mahakuasa mengirimkan azab kepadamu, dari atas atau dari bawah kakimu 247) atau Dia memecah belah kamu menjadi golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain.” Perhatikanlah, bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kekuasaan Kami) agar mereka memahami(-nya).248)

247) Azab yang datang dari atas adalah hujan batu, sambaran petir, dan lain-lain. Adapun yang datang dari bawah adalah seperti gempa bumi dan banjir.->

248) Allah Swt. menjelaskan tanda-tanda kekuasaan-Nya dalam berbagai rupa dengan cara yang berbeda-beda. Sebagian ulama menjelaskan bahwa tanda-tanda kekuasaan Allah itu berupa peringatan, kisah, hukum, dan lain-lain.

Asbabun Nuzul

lbnu Abi Hatim meriwayatkan dari Zaid bin Aslam bahwa ketika turun ayat, “Katakanlah (Muhammad), ‘Dialah yang berkuasa mengirimkan azab kepadamu, dari atas atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan),…” Rasulullah bersabda, ‘Janganlah kalian kembali kafir setelah aku mati, dimana kalian saling membunuh dengan pedang.’ Para sahabat keheranan, “Padahal kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa engkau adalah rasul Allah?!” Lalu sebagian orang berkata, “Tidak mungkin kami saling berbunuhan padahal kita orang-orang Islam!” Maka turunlah ayat, “Katakanlah (Muhammad), ‘Dialah yang berkuasa mengirimkan azab kepadamu, dari atas atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain.’ Perhatikanlah, bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kekuasaan Kami) agar mereka memahami(nya).” (al-An’aam: 65)


Ayat 82

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْٓا اِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُوْنَ ࣖ ٨٢

82. Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), merekalah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mendapat petunjuk.

Asbabun Nuzul

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari ‘Ubaidullah bin Zuhar dari Bakr bin Sawaadah, ia berkata, “Seorang musuh menyerang orang-orang Islam dan ia berhasil menewaskan satu orang, kemudian ia menyerang lagi dan berhasil membunuh seorang lagi, talu ia kembali menyerang dan berhasil menewaskan seorang lagi. Selanjutnya ia pun bertanya,”Setelah apa yang kulakukan ini, apakah aku masih bisa masuk Islam?’ Rasulullah menjawab, ‘Ya.’ Maka orang itu pun menyembelih kudanya, lalu bergabung dengan barisan kaum muslimin. Setelah itu dia menyerang bekas kawan-kawannya, hingga ia berhasil membunuh satu orang, lalu membunuh satu lagi, kemudian dia terbunuh. Maka para sahabat memandang bahwa ayat ini turun mengenai orang itu. “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik)..”


Ayat 91

وَمَا قَدَرُوا اللّٰهَ حَقَّ قَدْرِهٖٓ اِذْ قَالُوْا مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ عَلٰى بَشَرٍ مِّنْ شَيْءٍۗ قُلْ مَنْ اَنْزَلَ الْكِتٰبَ الَّذِيْ جَاۤءَ بِهٖ مُوْسٰى نُوْرًا وَّهُدًى لِّلنَّاسِ تَجْعَلُوْنَهٗ قَرَاطِيْسَ تُبْدُوْنَهَا وَتُخْفُوْنَ كَثِيْرًاۚ وَعُلِّمْتُمْ مَّا لَمْ تَعْلَمُوْٓا اَنْتُمْ وَلَآ اٰبَاۤؤُكُمْ ۗقُلِ اللّٰهُ ۙثُمَّ ذَرْهُمْ فِيْ خَوْضِهِمْ يَلْعَبُوْنَ ٩١

91. Mereka (Bani Israil) tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya ketika mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Siapakah yang menurunkan kitab suci (Taurat) yang dibawa Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia? Kamu (Bani Israil) menjadikannya lembaran-lembaran lepas. Kamu memperlihatkan (sebagiannya) dan banyak yang kamu sembunyikan, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang tidak diketahui baik olehmu maupun oleh nenek moyangmu.” Katakanlah, “Allah.” Kemudian, biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.253)

253) Kalimat ini diucapkan sebagai sindiran kepada mereka, seakan-akan mereka dipandang sebagai kanak-kanak yang belum berakal.

Asbabun Nuzul

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Sa’id ibnuz-Zubair bahwa seorang pria Yahudi yang bernama Malik ibnush-Shaif datang lalu mendebat Nabi saw.. Maka Nabi bertanya kepadanya, “Demi Tuhan yang telah menurunkan Taurat kepada Musa, apakah kamu dapati di dalam Taurat bahwa Allah membenci pendeta yang gemuk? Kebetulan dia seorang pendeta yang gemuk, maka dia pun marah dan berkata, “Allah tidak menurukan sesuatu pun kepada manusia!” Mendengar itu kawan-kawannya berteriak,” Celaka kamu! Apakah Allah juga tidak menurunkan sesuatu pun kepada Musa a.s.?” Maka Allah menurunkan firman-Nya, “Mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya ketika mereka berkata, ‘Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.’ ..” Riwayat ini mursal.

Ibnu Jarir meriwayatkan hal senada dari ‘Ikrimah. Ada hadits lain yang telah disebutkan sebelumnya dalam surah an-Nisaa’

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abi Thalhah dari Ibnu Abbas bahwa orang-orang Yahudi berkata, “Demi Allah, Allah tidak menurunkan kitab apa pun dari langit.” Maka turunlah ayat ini.


Ayat 93

وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوْ قَالَ اُوْحِيَ اِلَيَّ وَلَمْ يُوْحَ اِلَيْهِ شَيْءٌ وَّمَنْ قَالَ سَاُنْزِلُ مِثْلَ مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ ۗوَلَوْ تَرٰٓى اِذِ الظّٰلِمُوْنَ فِيْ غَمَرٰتِ الْمَوْتِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ بَاسِطُوْٓا اَيْدِيْهِمْۚ اَخْرِجُوْٓا اَنْفُسَكُمْۗ اَلْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُوْنِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ اٰيٰتِهٖ تَسْتَكْبِرُوْنَ ٩٣

93. Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau yang berkata, “Telah diwahyukan kepadaku,” padahal tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya dan orang yang berkata, “Aku akan mendatangkan seperti yang diturunkan Allah.” Seandainya saja engkau melihat pada waktu orang-orang zalim itu (berada) dalam kesakitan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sembari berkata), “Keluarkanlah nyawamu!” Pada hari ini kamu akan dibalas dengan azab yang sangat menghinakan karena kamu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.

Asbabun Nuzul

Ibnu Jarir meriwayatkan dari ‘Ikrimah mengenai firman-Nya, “Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-ngadakan dusta terhadap Allah atau yang berkata, ‘Telah diwahyukan kepadaku,’ ..” Ia berkata, “Ayat itu turun tentang Musailamah, sedangkan ayat, ‘…dan orang yang berkata, ‘Aku akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah…,’ turun tentang Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh. Dia dahulu menulis surat kepada Nabi saw., berisi ungkapan ‘aziizun hakiim, lalu Nabi saw. membalas surahnya dan berisi ungkapan ghafuurun rahiim. Tatkala surat balasan itu dibacakan kepadanya, dia berkata, ‘Ya, sama saja!’ Maka dia pun keluar dari Islam dan bergabung dengan orang-orang kafir Quraisy.”

As-Suddi meriwayatkan hal senada dan ia menambahkan bahwa Abdullah ini berkata, “Kalau Muhammad diberi wahyu, aku pun diberi wahyu. Kalau Allah menurunkan wahyu kepadanya, aku pun menerima seperti apa yang diturunkan Allah itu. Muhammad berkata,”Samii’an ‘aliiman’, aku pun berkata, ‘Aliiman hakiiman !”


Ayat 94

وَلَقَدْ جِئْتُمُوْنَا فُرَادٰى كَمَا خَلَقْنٰكُمْ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّتَرَكْتُمْ مَّا خَوَّلْنٰكُمْ وَرَاۤءَ ظُهُوْرِكُمْۚ وَمَا نَرٰى مَعَكُمْ شُفَعَاۤءَكُمُ الَّذِيْنَ زَعَمْتُمْ اَنَّهُمْ فِيْكُمْ شُرَكٰۤؤُا ۗ لَقَدْ تَّقَطَّعَ بَيْنَكُمْ وَضَلَّ عَنْكُمْ مَّا كُنْتُمْ تَزْعُمُوْنَ ࣖ ٩٤

94. (Kini) kamu benar-benar datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana Kami ciptakan kamu pada mulanya. Kamu sudah meninggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu. Kami tidak melihat bersamamu para pemberi syafaat (pertolongan) yang kamu anggap bagi dirimu sebagai sekutu-sekutu(-Ku). Sungguh, telah terputus (semua pertalian) antara kamu dan telah lenyap dari kamu apa yang dahulu kamu sangka (sebagai sekutu Allah).

Asbabun Nuzul

Ibnu Jarir dan lain-lain meriwayatkan dari ‘Ikrimah bahwa an-Nadhr ibnul-Harits berkata, “Laata dan ‘Uzza akan memberi syafaat kepadaku.” Maka turunlah ayat ini, “Dan kamu benar-benar datang sendiri-sendiri kepada Kami Hingga firman-Nya, “…apa yang dahulu kamu sangka (sebagai sekutu Allah).”


Ayat 108

وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدْوًاۢ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمْۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ١٠٨

108. Janganlah kamu memaki (sesembahan) yang mereka sembah selain Allah karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa (dasar) pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.

Asbabun Nuzul

Abdurrazzaq berkata,”Muammar memberi tahu kami bahwa Qataadah berkata, ‘Dahulu kaum muslimin memaki berhala-berhala kaum kafir sehingga kaum kafir tersebut memaki Allah. Maka Allah menurunkan firman-Nya, ‘Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah,…”


Ayat 109

وَاَقْسَمُوْا بِاللّٰهِ جَهْدَ اَيْمَانِهِمْ لَىِٕنْ جَاۤءَتْهُمْ اٰيَةٌ لَّيُؤْمِنُنَّ بِهَاۗ قُلْ اِنَّمَا الْاٰيٰتُ عِنْدَ اللّٰهِ وَمَا يُشْعِرُكُمْ اَنَّهَآ اِذَا جَاۤءَتْ لَا يُؤْمِنُوْنَ ١٠٩

109. Mereka bersumpah dengan (nama) Allah dengan sebenar-benarnya sumpah (bahwa) sungguh jika datang suatu bukti (mukjizat) kepada mereka, pastilah mereka akan beriman kepadanya. Katakanlah, “Sesungguhnya bukti-bukti itu hanya ada pada sisi Allah.” Kamu tidak akan mengira bahwa jika bukti (mukjizat) itu datang, mereka tidak juga akan beriman.257)

257) Orang musyrik bersumpah bahwa jika mukjizat dari Allah datang, mereka akan beriman. Oleh karena itu, orang mukmin berharap agar Nabi memohon kepada Allah Swt. untuk menurunkan mukjizat yang dimaksud. Maka, Allah Swt. menolak harapan orang-orang mukmin itu dengan ayat ini.

Asbabun Nuzul

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi, ia berkata, “Suatu ketika Rasulullah berdialog dengan orang-orang Quraisy. Mereka berkata, ‘Hai Muhammad, kamu memberi tahu kami bahwa Musa punya sebatang tongkat yang dipakainya memukul batu, Isa dapat menghidupkan orang mati, dan kaum Tsamud punya unta. Maka, datangkanlah suatu mukjizat kepada kami agar kami beriman kepadamu.’ Rasulullah bertanya, ‘Mukjizat seperti apa yang kalian kehendaki?’ Mereka menjawab, ‘Jadikan bukit Shafa emas!’ Rasulullah bertanya lagi, ‘Kalau aku melakukannya, apakah kalian akan beriman?”Mereka menjawab,”Ya, demi Allah!’ Maka Rasulullah pun berdoa, lalu Jibril datang dan berkata kepada beliau, ‘Kalau kamu mau, bukit itu akan berubah jadi emas. Tapi, kalau setelah itu mereka tetap tidak beriman, maka sungguh kami akan mengazab mereka. Tapi kalau kamu mau, biarkan mereka begitu hingga mereka bertobat.’ Kemudian Allah menurunkan firman-Nya dalam surah al-An’aam ayat 109, ‘Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan,..,’ hingga firman-Nya di ayat 111, ‘…Tapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (arti kebenaran).”


Ayat 118-121

فَكُلُوْا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللّٰهِ عَلَيْهِ اِنْ كُنْتُمْ بِاٰيٰتِهٖ مُؤْمِنِيْنَ ١١٨ وَمَا لَكُمْ اَلَّا تَأْكُلُوْا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللّٰهِ عَلَيْهِ وَقَدْ فَصَّلَ لَكُمْ مَّا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ اِلَّا مَا اضْطُرِرْتُمْ اِلَيْهِ ۗوَاِنَّ كَثِيْرًا لَّيُضِلُّوْنَ بِاَهْوَاۤىِٕهِمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗاِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِالْمُعْتَدِيْنَ ١١٩ وَذَرُوْا ظَاهِرَ الْاِثْمِ وَبَاطِنَهٗ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَكْسِبُوْنَ الْاِثْمَ سَيُجْزَوْنَ بِمَا كَانُوْا يَقْتَرِفُوْنَ ١٢٠ وَلَا تَأْكُلُوْا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللّٰهِ عَلَيْهِ وَاِنَّهٗ لَفِسْقٌۗ وَاِنَّ الشَّيٰطِيْنَ لَيُوْحُوْنَ اِلٰٓى اَوْلِيَاۤىِٕهِمْ لِيُجَادِلُوْكُمْ ۚوَاِنْ اَطَعْتُمُوْهُمْ اِنَّكُمْ لَمُشْرِكُوْنَ ࣖ ١٢١

118.  Makanlah sebagian apa (daging hewan halal) yang (ketika disembelih) disebut nama Allah jika kamu beriman pada ayat-ayat-Nya.

119.  Mengapa kamu tidak mau memakan sesuatu (daging hewan) yang (ketika disembelih) disebut nama Allah. Padahal, Allah telah menjelaskan secara rinci kepadamu sesuatu yang Dia haramkan kepadamu, kecuali jika kamu dalam keadaan terpaksa. Sesungguhnya banyak yang menyesatkan (orang lain) dengan mengikuti hawa nafsunya tanpa dasar pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.

120.  Tinggalkanlah dosa yang terlihat dan yang tersembunyi. Sesungguhnya orang-orang yang mengerjakan (perbuatan) dosa kelak akan dibalas (dengan siksaan) karena apa yang mereka kerjakan.

121.  Janganlah kamu memakan sesuatu dari (daging hewan) yang (ketika disembelih) tidak disebut nama Allah. Perbuatan itu benar-benar suatu kefasikan. Sesungguhnya setan benar-benar selalu membisiki kawan-kawannya258) agar mereka membantahmu. Jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu benar-benar musyrik.

258) Lihat catatan kaki surah Āli ‘Imrān/3: 28.

Asbabun Nuzul

Abu Dawud dan at-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa sejumlah orang mendatangi Nabi saw. lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, kita boleh memakan hewan yang kita bunuh, tapi tidak boleh memakan hewan yang dibunuh Allah?!” Maka Allah menurunkan firman-Nya, “Maka makanlah dari apa (daging hewan) yang (ketika disembelih) disebut nama Allah, jika kamu beriman kepada ayat-ayatNya.” hingga firman-Nya di ayat 121, “… Dan jika kamu menuruti mereka, tentu kamu telah menjadi orang musyrik.”

Abu Dawud, al-Hakim, dan lain-lain meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai firman-Nya di ayat 121, “. . . Sesungguhnya setan-setan akan membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu…,” ia berkata, “Orang-orang mengatakan, ‘Yang disembelih oleh Allah tidak kalian makan, tapi yang kalian sembelih kalian makan?!’ Maka Allah menurunkan ayat ini.”

Ath-Thabrani dan lain-lain meriwayatkan dari lbnu Abbas bahwa ketika turun ayat 121, “Dan janganlah kamu memakan dari apa (daging hewan) yang (ketika disembelih) tidak disebut nama Allah…,” orang-orang Persia mengirim pesan kepada suku Quraisy yang berbunyi, “DebatIah Muhammad, katakan kepadanya, ‘Yang kamu sembelih dengan tanganmu sendiri dengan pisau adalah halal, sedangkan yang disembelih Allah dengan belati emas (yakni bangkai) adalah haram?’ Maka turunlah ayat 121 ini,”. . .Sesungguhnya setan-setan akan membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu….” Kata Ibnu Abbas, “Asy-syayaathiin (setan-setan) itu adalah orang-orang persia, sedang auliyaa’ (pembantu) mereka adalah orang-orang Quraisy.”


Ayat 122

اَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَاَحْيَيْنٰهُ وَجَعَلْنَا لَهٗ نُوْرًا يَّمْشِيْ بِهٖ فِى النَّاسِ كَمَنْ مَّثَلُهٗ فِى الظُّلُمٰتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَاۗ كَذٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكٰفِرِيْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ١٢٢

122. Apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, seperti orang yang berada dalam kegelapan sehingga dia tidak dapat keluar dari sana? Demikianlah, dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir apa yang mereka kerjakan.

Asbabun Nuzul

Abusy Syaikh meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firman-Nya, “Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan….” lbnu Abbas berkata,”Ayat ini turun tentang Umar dan Abu Jahal.”

Ibnu Jarir meriwayatkan hal senada dari adh-Dhahhak’


Ayat 141

۞ وَهُوَ الَّذِيْٓ اَنْشَاَ جَنّٰتٍ مَّعْرُوْشٰتٍ وَّغَيْرَ مَعْرُوْشٰتٍ وَّالنَّخْلَ وَالزَّرْعَ مُخْتَلِفًا اُكُلُهٗ وَالزَّيْتُوْنَ وَالرُّمَّانَ مُتَشَابِهًا وَّغَيْرَ مُتَشَابِهٍۗ كُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖٓ اِذَآ اَثْمَرَ وَاٰتُوْا حَقَّهٗ يَوْمَ حَصَادِهٖۖ وَلَا تُسْرِفُوْا ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَۙ ١٤١

141. Dialah yang menumbuhkan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, serta zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya. Akan tetapi, janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

Asbabun Nuzul

lbnu Jarir meriwayatkan dari Abul ‘Aaliyah, katanya,”Dahulu selain zakat, mereka juga mendermakan sesuatu, kemudian mereka berlebih-lebihan. Maka turunlah ayat ini.”

Ia juga meriwayatkan dari Ibnu Juraij bahwa ayat ini turun tentang Tsabit bin Qais bin Syammas yang pada waktu kebun kurmanya panen ia memberi makan kepada orang-orang hingga sore harinya ia tidak kebagian sebuah pun’